Kamis, 16 Juni 2011

Alifah Kecil



Begitu lugu nan polosnya dirimu.
Orang bilang “Ya”,pun demikian denganmu.
Orang bilang “Tidak”, kau juga begitu.
Namun, bukan berarti kau plin-plan,
tapi apa adanya.

Kau berjalan teguh dengan apa yang kau yakini.
Harapmu, bayangan cita-cita kan segera kau temui.
Lalu kau berlari dan kau hampiri,
dengan senyumanmu yang tulus dan muka berseri.

Tapi apa yang terjadi setelah kau remaja,
kau tak tahu arah akan kemana.
kau tak tahu kan mengadu pada siapa.

Alifah kecil kini hilang arah.
Mengapa harus ia yang memikulnya.
Mengapa harus ia yang dipilih.
Bimbang, marah, sedih, merintih menangis pun
tak ada yang dapat menyelesaikan masalahnya.

Ia diperintahkan “Sebarkan!”,
tak ada pilihan lain.
Sebenarnya ia takut, tapi ia tak dapat menolak.
Sebenarnya ia tahu ini salah, tapi ia terpaksa lakukan.

Apakah ini yang disebut Negara Raya Merdeka?
Apakah merdeka yang dimaksud adalah
merdeka untuk berbuat segala hal
demi mendapatkan secarik kertas bertuliskan “LULUS”?

Di keheningan malam Alifah kecil menangis,
menengadahkan tangan, mengadu pada Tuhannya,
Memohonkan perlindungan dan kemerdekaan sejati.

Alifah kecil belumlah kalah.
Beberapa bulan setelahnya,
lahirlah Alifah kecil yang lebih berani,
Alif namanya.
Akhirnya semua itu terkuaklah oleh media massa.

Alif malang,
teruslah berjuang,
jalanmu masih panjang.

16 Juni, 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar