Menepi dari segala kesibukan, dari segala laporan, makalah,
dan tugas-tugas lainnya, kini aku sadar: dunia telah banyak berubah. Aku bukan lagi anak TK yang dengan mudahnya
meminta sesuatu dan jika tidak dituruti akan merengek menangis dan kemudian
mendapatkan apa yang aku inginkan. Aku bukanlah anak TK lagi yang tak bisa
menahan untuk bersabar mendapatkan sesuatu dan selalu berpikir aku harus
mendapatkan apa yang aku inginkan sekarang juga. Aku bukanlah anak kecil lagi
yang tak mengenal bahaya dan tak memikirkan resiko apa yang akan aku
terima. Aku telah berubah, dunia telah
berubah, semua telah berubah.
Aku hanya setititk debu yang mengharapkan impian besar
ditengah perubahan yang kian terus menggerusku. Aku seperti magnet, yang ketika
dipecah semakin kecil, kutub-butubnya pun menjadi berubah. Positif dan negatif,
dan ketika dipecah lagi, belum tentu sisi negatifku menjadi sisi negatif
dan belum tentu juga sisi positifku
tetap menjadi sisi positif. Dan ketika semakin dipecah, semakin dibanting,
semakin hilang pula gaya tarik-menarikku. Dan pada saat itulah, aku akan
kembali ke pangkuan-Nya. Ya,
satu-satunya tempat dimana hanya
ada kedamaian dan kebahagiaan.
Aku hanyalah seorang hamba yang hina dina. Ketika Dia berikan
nikmat, aku bersenang-senang sampai melampaui batas. Dan ketika Dia beri
peringatan, aku merintih perih kesakitan seakan tak ada lagi gunanya aku hidup.
Dalam pikiran liarku, untuk apa ada bahagia jika kemudian akan menjadi sakit
dan begitupun sebaliknya, untuk apa ada perih jika kemudian ada pelipur lara,
dan semuanya terus bergulir seperti permainan belaka. Namun aku bukan anak TK
lagi yang tak mengerti apa-apa. Sekarang aku tahu bahwa Dia mengingatkanku agar aku kembali ke jalannya-Nya yang lurus. Dia
sangat menyayangiku dan Dia tak ingin aku tersesat. Saat itulah aku seakan
sedang dipanggil untuk kembali ka jalan-Nya agar aku dapar berjumpa dengan-Nya
dalam bahagia yang kekal dan abadi.
Aku bukanlah malaikat yang memang telah diciptakan terprogram
selalu taat, aku dipengaruhi oleh tiga hal yang membuatku terkadang membelok
namun kembali lurus, membelok lagi, dan lurus kembali lagi, kemudian
seterusnya. Hawa nafsu, akal, dan qolbu, ketiganya silih berganti menduduki
proporsi yang dominan. Sejatinya, aku menginginkan semuanya seimbang dan
berjalan dengan serasi dan selaras. Semakin jauhnya jarak kehidupanku dengan
masa Nabi Muhammad hidup, aku semakin kian bingung menapaki jalan manakah yang
benar-benar lurus. Aku hanya memiliki keyakinan yang aku yakini dan pedoman
yang Nabi Muhammad wariskan kepadaku, kepada seluruh umat manusia: Al-Qur'an.
Terkadang, aku berpikir, apakah aku menodai keyakinanku
sendiri ketika aku berbuat hal yang membuat hati ini resah? Dosakah aku pada saat-saat
hati terasa begitu gelisah? Aku hanya butuh penuntun hidup, di saat qolbuku
bergetar, di saat itulah aku merasakan bahwa sebenarnya aku membutuhkan Engkau,
Yaa Allah. Tiada yang dapat menuntunku dalam gelapnya dunia yang nisbi selain
Engkau.
Akhir bulan lalu, Mei 2013, aku masih teringat bahwa aku
meminta sesuatu kepada-Mu. Aku ingin kembali setia pada-Mu, aku ingin Engkaulah
yang ada di setiap pikiranku. Pagi itu,
dalam Duha, aku menangis di hadapan-Mu. Aku tak mampu mengakhiri yang sudah aku
mulai. Aku begitu rapuh, dan hanya membayangkannyapun aku tak sanggup. Aku
memohon pada-Mu agar janganlah Engkau akhiri ini semua dan aku ingin tetap
setia pada-Mu. Satu-satunya hal yang dapat aku lakukan adalah memperbaikinya
seperti indahnya awal aku memulai. Tapi, aku tak tahu harus memulai dari mana
untuk memperbaikinya, sedangkan keadaan kian keruh.
Hari berganti, angka dalam kalendarpun bergulir. Aku kian
resah dengan energiku yang kian meredup. Aku tak tahu harus berbuat apa kalau
sampai benar-benar energiku telah habis. Sedangkan aku tahu bahwa aku harus
tetap menyala demi impian indahku dimasa depan yang tak bersalah, impianku yang
aku ukir saat aku memulai perjalanan ini.
Hari ini, dini hari 11 Sya'ban 1434 H, Hari KAMIS dimana 20
tahun yang lalu aku dilahirkan, Engkau menjawab do'aku. Mulai dari hari inilah
aku memulai perbaikanku. Mulai dari merenungkan yang telah lalu, mempelajari
apa sajakah yang telah berubah. Jika masih dapatku ambil manfaat dari
perjalanan ini, bantulah aku untuk melanjutkannya. Jika dari sekian lamanya
perjalanan ini telah menuai kemudzaratan, bantulah aku untuk menuai hikmah
didalamnya.
Aku hanya menginginkan, janganlah Engkau memisahkan aku
dengan impianku. Aku tak ingin kehilangan impianku, aku tak mampu untuk kehilangan.
Aku yakin jika Engkau menolongku, aku dapat menyelamatkan impianku. Dan hanya
Engkaulah yang mampu mengembalikan semua energi yang telah habis menjadi terisi
penuh lagi seperti semula. Hanya Engkau yang mampu membuat batas tidak mungkin
menjadi mungkin. Hanya Engkau yang mampu, Yaa Allah. Illahi, pertemukanlah aku kembali
dalam Ramadhan-Mu yang indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar