Teringat
suatu ketika, seorang anak yang begitu pendiam dan rapuh. Sebelumnya ia tak
pernah pergi begitu jauh dari rumah di mana orang tuanya berada. Ia begitu
rapuh dengan berbagai keterbatasan yang ia miliki. Sampai ia tak mampu lagi
untuk berharap memiliki impian yang begitu tinggi. Ia begitu pasrah dalam
segala usaha dan upaya yang telah ia lakukan karena belum mendapatkan hasil
yang begitu signifikan. Keterbatasan fisik yang ia miliki membuatnya merasa
rendah diri. Ia merasa berbeda dari teman-temannya, terlebih lagi dengan
kondisi finansial yang ia rasa tidak mumpuni. Namun ketegaran dan kekuatan
cinta serta do’a dari sekelilingnyalah yang mampu menguatkannya untuk tetap
dapat hidup menghirup segarnya udara kemenangan.
Sudah
cukup ia berada dalam titik nadir, ketika itu ia bangkit. Dalam sebuah tanya
dan penuh kebimbangan, ia berharap dalam ikhlas. Ia sudah melakukan yang
terbaik. Dan ketika seorang hamba mengikhlaskan suatu hal dengan penuh
kepasrahan kepada Rabbnya, maka dijawablah segala penantian yang ia cari selama
ini. Tantangan yang begitu besar harus ia hadapi sepenuhnya. Dengan rasa
tanggung jawab dan semangat membara, ia langkahkan kakinya. Mencari ilmu di
negeri orang. Ia tak kenal siapapun. Ia hanya sendiri. Namun Allah menunjukkan
berbagai kemudahan untuk hambanya yang ikhlas menginginkan keridoan-Nya dalam
mencari ilmu.
Orang
tuanya begitu mengkhawatirkan keadaan fisiknya yang begitu lemah. Namun dalam do’a
penuh harap, Allah menjawabnya dengan dikuatkannya fisik hingga mental yang
begitu mumpuni. Dan suatu ketika ia kesulitan dalam finansial, Allah menurunkan
rizqi-Nya melalui keberkahan pekerjaan yang telah di usahakan oleh orang
tuanya.
Pada
masa itu, saat duduk di bangku sekolah menengah pertama, banyak hal yang baru
ia alami. Salah satu hal yang paling berkesan ialah ketika ia pertama kalinya
masuk ke dalam ruang laboratorium bahasa, ia baru pertama kalinya menggunakan headset
dan seperangkat alat percakapan untuk menunjang pelajaran berbahasa Inggris. Di
dalam laboratorium tersebut terpasang karpet yang begitu empuk. Dalam sebuah
test, ia dibuat nyaman dengan udara yang sejuk dari pendingin ruangan yang ada
di dalam laboratorium tersebut. Setelah itu, ia bermain olah kata dengan
permainan scramble. Suasana pembelajaran yang begitu menyenangkanlah yang ia
rasakan. Di tengah nyamannya proses pembelajaran dalam sebuah permainan tersebut,
di dengarkanlah alunan lagu yang begitu menggugah: “You raise me up” yang
dilantunkan oleh penyanyi Josh Groban. Ia begitu terkesan dengan lagu tersebut.
Sampai ia meminta untuk dibelikan kaset oleh ayahnya.
Ketika
itu, ayahnya mengajaknya pergi ke pasar untuk membeli kaset yang ia inginkan. Saat
itu, teringatlah pula ketika ia pernah ke tempat itu untuk membeli kaset “A, Ba,
Ta, Tsa” oleh penyanyi Neno Warisman. Dalam indahnya teringat masa lalu,
kemudian ia tersenyum karena ia dapat kembali berada di tempat tersebut bersama
ayahnya.
Suatu
ketika, berbicara tempat jual-beli, yaitu pasar, iapun teringat ketika ia
pertama kalinya dibelikan sepatu bergambar Power
Ranger serta tas kecil bergambar Micky
Mouse bersama ibunya. Sebuah kisah yang begitu mengahrukanpun selalu ia
ingat. Dulu, ketika ia masih duduk di taman kanak-kanak, ia dan ibunya pergi ke
sebuah warung di depan rumahnya. Ketika itu ibunya membelikan roti isi cokelat
kacang. Meskipun tergolong murah dan tidak bermerk, namun ia begitu menyukai
roti tersebut yang dibelikan oleh ibunya dengan penuh kasih sayang. Ia berpikir,
roti yang ia makan nanti untuk bekal di sekolah bulanlah roti isi cokelat
kacang biasa, namun roti isi cinta kasih sayang. Ia pun dibawakan minuman air putih
dalam tempat minum yang lucu. Dalam sebuah kresek hitam, ibunya memasukkan
tempat minum yang berisi air tersebut serta roti isi cokelat kacang.
Setelah
ibunya mengantarkannya ke sekolah, ibunya kembali pergi bekerja berjualan. Ketika
di sekolah, saat jam istirahat, semua anak dibimbing bu guru untuk membaca do’a
sebelum makan. Namun sayang sekali, ketika teman-teman yang lain sedang asyik
memakan bekalnya yang dikeluarkan dalam sebuah tas yang bagus dan di tempatkan
pada tempat makan yang cantik, ia justru berdiam diri dan duduk diam begitu
saja. Ternyata bu guru begitu peka melihatnya berdiam diri. Lalu didekatilah ia
oleh bu guru dan di tanyai mengapa diam saja. Kemudian bu guru membuka bekalnya
yang ada di dalam sebuah kantong keresek hitam itu, ternyata roti isi cokelat
kacang yang ia bawa, sebagian basah terkena air dari tempat minum yang tidak
tertutup rapat. Namun ternyata bu guru merespon positif, bu guru menenangkannya
sampai menyuapinya meskipun mukanya sedih dan menangis. Kemudian setelah
kejadian itu, ibunya mengetahui hal tersebut, lalu dibawakannya ia ke pasar
untuk memilih tas mana yang ia sukai. Lalu ia memilih tas mungil bergambar Micky Mouse.
Dalam
bayang masa lalu yang ia ingat, ia tiba-tiba kembali tersadar dalam nyata. Hari
itu ia begitu bahagia karena ia dibelikan kaset album Josh Groban untuk
mendengarkan lagu you raise me up. Sebelumnya,
ia begitu tidak mengerti tentang bahasa Inggris. Namun melalui lagu itulah, ia
mulai belajar dan terpacu ingin mengetahui makna dari lagu yang membuatnya
terpukau. Dan pada akhirnya, sedikit-demi sedikit ia mulai memahami setiap kata
dari bahasa Inggris.
Maka, ketika ia kembali mendengarkan lagu
dengan suara penyanyi Josh Groban, semua kenangan yang terekam pada saat ia
duduk di bangku sekolah menengah pertama, semuanya terlihat jelas dalam memori
ingatannya. Dan…. Ketika ia mengeluhkan hari ini, ia mengingat hari di mana ia
berada di titik nadir yang pernah ia alami. Maka, tak ada alasan lagi untuk
bersedih hati hari ini, karena perjuangan hari ini belum seberapa dengan bangkitnya
semangat yang ia bangun setelah berada pada titik nadir itu…
Semangtlah…
semangatlah… semangat….!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar