Ibu
Sang Pembangun Peradaban Dunia
Kedudukan seorang ibu
sangatlah tinggi bagi anaknya. Ibu juga merupakan “sekolah pertama” yang diikuti oleh seorang anak sebelum ia
mengikuti sekolah formal. Mengapa ibu dapat disebut dengan kalimat kiasan “sekolah pertama”? Karena seorang ibu merupakan
orang yang paling dekat dengan anaknya sehingga anak dapat belajar berbagai hal
dari ibunya entah mulai dari hanya memperhatikan ataupun hingga mengikuti “gaya” ciri khas ibunya. Bahkan, seorang
anak dapat belajar kepada ibunya tidak hanya di alam dunia saja, ternyata
berdasarkan berbagai penelitian, seorang ibu dapat mengajarkan nilai-nilai
kebaikan kepada anaknya sejak dalam kandungan. Oleh karena itu, banyak literatur
bacaan yang menyarankan bahwa bayi yang di dalam kandungan sebaiknya diperdengarkan
lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an untuk meningkatkan perkembangan otaknya
sehingga meningkatkan kecerdasan bayi ketika terlahir nanti. Selain itu, emosi seseorang
yang sedang mengandung akan sangat berpengaruh terhadap bayi yang di
kandungnya, maka jika sedang mengandung, biasanya disarankan untuk tidak banyak
mengeluh.
Setelah bayi lahir,
dalam beberapa tahapan, alat indera yang dimiliki bayi tersebut mulai aktif dan
berkembang. Maka, siapa yang selalu dilihat oleh sang bayi? Suara siapa yang
selalu di dengar oleh sang bayi? Sentuhan siapa yang selalu dirasakan oleh sang
bayi? Tentu saja jawabannya ialah “Ibu”. Oleh karena itu, seorang ibu memang
merupakan orang yang paling dekat dengan anaknya. Ketika seluruh alat indera bertahap
mulai berkembang, alat indera tersebut aktif merespon stimulus dari orang yang
paling dekat yaitu ibu, maka segala sesuatu yang dilakukan oleh seorang ibu
merupakan materi belajar bagi anak. Oleh karena itu, biasanya seorang ibu yang
memiliki anak meskipun masih berusia di bawah tiga tahun, sudah mengajarkan
nilai-nilai kebaikan seperti ucapan-ucapan yang baik kepada anaknya. Apabila
mendapatkan suatu kebaikan dari orang lain diajarkan mengucapkan “terimakasih”. Apabila melakukan
kesalahan diajarkan mengucapkan meminta “maaf”.
Apabila ingin berjalan namun terhalang orang lain mengatakan “permisi”. Jika anak tersebut ialah seorang
perempuan maka diajarkan mengenakan kerudung agar terbiasa, dan masih banyak
lagi hal sederhana yang dapat diajarkan pada anak namun sangat bermakna.
Hal-hal sederhana yang
diajarkan oleh seorang ibu kepada anaknya sejak dini merupakan bekal anak dan
menjadi pondasi dasar ketika dewasa nanti. Oleh karena itu, sudah jelas bahwa
peranan seorang ibu sangat penting dan kedudukannya sangat tinggi bagi anaknya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakter seorang anak merupakan bentukkan
didikan dari ibunya. Dapat dibayangkan bahwa ketika seseorang berusia dewasa
selalu bersikap sopan, santun, ramah, bertutur kata baik, tentu hal tersebut
merupakan buah dari hasil didikan ibunya. Sedangkan sebaliknya, apabila
seseorang berusia dewasa namun perkataan dan tindakannya selalu kasar, hal
tersebut merupakan buah hasil pembelajaran yang diajarkan oleh ibunya pula. Beberapa
kasus ini sebenarnya terjadi karena terkadang terdapat kelalaian. Seorang ibu
tentunya selalu mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada anaknya, namun terkadang
anak tersebut justru berkata dan bertindak kasar tidak sesuai dengan yang di
ajarkan ibunya, mengapa? Hal tersebut bisa saja terjadi karena pembelajaran
nilai-nilai kebaikan yang diajarkan ibu kepada anak belum membentuk pondasi
dasar karakter yang sangat kuat, sedangkan faktor lingkungan begitu dini dan
cepat memberikan kontribusi berbagai nilai kepada anak sehingga anak tersebut
tidak mampu untuk menyaring mana yang baik dan mana yang buruk, kemudian
terlanjur menjadi kebiasaan.
Karakter merupakan
bentukan dari suatu kebiasaan. Apabila jutaan ibu berhasil mengajarkan anak membuat
pondasi dasar nilai-nilai kebaikan, maka kebaikan tersebut akan terus biasa
dilakukan kemudian menjadi karakter anaknya. Dapat dibayangkan jika jumlah ibu
sukses tersebut berjumlah jutaan, dan jumlah masing-masing anaknya lebih dari
satu, maka berapa milyar kebaikan yang lahir dari pelajaran yang diberikan oleh
seorang ibu? Jika ada puluhan orang yang belum menjalankan nilai-nilai kebaikan
yang diajarkan ibunya karena terlanjur telah terbiasa terpengaruh oleh
lingkungan, namun bermilyar orang telah menerapkan nilai-nilai kebaikan yang
diajarkan oleh ibunya. Bermilyar orang inilah mampu memberikan pengaruh terhadap
peradaban dunia. Karena bermilyar orang ini di didik oleh seorang ibu, maka ibu adalah sang pembangun peradaban dunia.
Oleh karena itu hanya dengan ucapan terimakasih saja tidak cukup untuk membalas
jasa seorang ibu, dengan berbakti padanya dan membahagiakannyalah mungkin
setidaknya dapat membalas sebutir kebaikan seorang ibu dari segunung kebaikan
yang telah diajarkannya. Hari ini sudah memberikan kebahagiaan berupa apakah
kepada ibu? Ada yang ingin menjadi ibu? Sampai dimanakah kesiapan ilmu yang
dimiliki untuk menjadi seorang ibu?
Cirebon, 3 Juni
2015
Vivi Sophie
Elfada
#NulisRandom2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar