Fenomenologi
Sebagai Dasar Pemikiran Penelitian Kualitatif
Penelitian merupakan
suatu kegiatan yang tidak asing lagi di dengar, terutama bagi mahasiswa tingkat
akhir. Hal ini dikarenakan penelitian masih menjadi syarat kelulusan mahasiswa.
Beberapa referensi menyebutkan, terdapat tiga jenis penelitian, yaitu 1) penelitian kuantitatif; 2) penelitian
kualitatif; dan 3) penelitian kuantitatif-kualitatif (gabungan antara keduanya).
Namun untuk penelitian jenis yang ke-3 masih menjadi banyak perdebatan di
dalamnya, ada yang mengemukakan bahwa antara kuantitatif dan kualitatif
merupakan suatu penelitian yang sangat berbeda dan berseberangan, sehingga di
antara keduanya tidak bisa digabungkan. Namun ada pula yang beranggapan bahwa
antara penelitian kuantitatif dengan kualitatif merupakan penelitian yang
saling melengkapi, saling mengisi kekurangan dengan masing-masing kelebihan,
sehingga kedua penelitian tersebut dapat dikolaborasikan menjadi satu.
Terlepas dari
perdebatan jenis peneletian yang ke-3, ternyata di mata masyarakat umum, penelitian
jenis ke-2 yaitu penelitian kualitatif masih dianggap asing. Masyarakat umumnya
memahami bahwa melakukan penelitian harus melakukan eksperimen atau
percobaan-percobaan tertentu, harus adanya kelas perlakuan dan kelas kontrol. Sedangkan
pandangan yang seperti itu merupakan pandangan prinsip dari penelitian
kuantitatif. Maka, pandangan masyarakat umum dapat dikatakan bahwa masih asing
dengan penelitian berjenis kualitatif. Tidak hanya masyarakat umum, bahkan yang
masih menjadi mahasiswa pun masih ada yang terlihat asing dengan penelitian
kalitatif, padahal tentunya mahasiswa mempelajari jenis-jenis penelitian dalam
perkuliahannya. Hal ini terlihat dengan banyaknya anggapan bahwa penelitian
kualitatif dipandang mudah sehingga dikatakan “enak ya kamu sih gampang, ga
kayak aku” atau ada yang mengatakan “wah gampang banget, kalo aku jadi kamu sih
aku cepet lulus” ada juga yang merespon “kok penelitiannya gitu?”.
Terlepas dari anggapan orang
yang masih asing terhadap penelitian kualitatif bahwa penelitian kualitatif itu
mudah, sebenarnya alasan bagi orang-orang yang memilih jenis penelitian
kualitatif, bukanlah alasan soal kemudahan yang di cari sehingga “asal cepat
lulus” namun, lebih kepada idealisme dan passion
masing-masing. Cepat lulus tentunya menjadi dambaan bagi seluruh mahasiswa,
namun “asal cepat lulus” rata-rata bukan menjadi prinsip utama bagi mahasiswa
yang memilih penelitian kualitatif. Justru prinsip idealisme merupakan prinsip yang
harus dimiliki mahasiswa yang memilih penelitian kualitatif. Mengapa bisa
dikatakan idealisme itu sangat penting pada penelitian kualitatif? Karena peneletian
kualitatif tidak bisa dilakukan dengan adanya “rekayasa” data, sehingga semua
data yang diperoleh harus disampaikan seadanya, sebenar-benarnya,
sejujur-jujurnya. Dalam penelitian kualitatif, jika suatu objek yang diteliti
jelek, maka dikatakan jelek; dan jika bagus, maka dikatakan bagus, tidak bisa
direkayasa yang jelek menjadi bagus atau sebaliknya. Hal ini dikarenakan salah
satu dasar pemikiran penelitian kualitatif ialah mengacu pada teori filsafat
fenomenologi.
Filsafat fenomenologi
mengajarkan bahwa segala fenomena atau kejadian yang “tampak” dapat dipelajari
lebih mendalam. Dalam fenomenologi, tidak bisa langsung menyimpulkan suatu hal
sesuai dengan yang “tampak” saja, namun perlu adanya “kajian” yang lebih
mendalam dari suatu hal yang “tampak” tersebut sehingga barulah dapat dibuat
suatu kesimpulan. Analoginya seperti ini, jika melihat kilat saat hujan,
tentunya seseorang akan merasa takut. Pada fenomenologi, tidak bisa langsung
menyimpulkan bahwa kilat adalah sesuatu yang menakutkan. Namun, perlu adanya
suatu kajian yang lebih mendalam pada sesuatu yang tampak, dalam hal ini yaitu
kilat tersebut. Kemudian setelah diteliti lebih mendalam oleh para ilmuwan,
ternyata kilat tidak hanya menakutkan seperti yang terlintas sekilas setelah
melihat kenampakan kilat, namun kilat ternyata memiliki manfaat.
Di alam bebas, unsur
oksigen selalu berikatan dengan sesamanya menjadi senyawa O2. Untuk mencari unsur O saja tidak ada yang bertebaran bebas sendiri di alam. Sedangkan ozon
berbentuk O3, lalu
bagaimanakah agar ozon terbentuk? Sedangkan lapisan ozon diketahui sangat bermanfaat
untuk melindungi bumi. Lapisan ozon memang tidak bisa dibuat oleh manusia, dan
lapisan ozon semakin lama semakin menipis bahkan bisa berlubang akibat ulah
manusia yang melakukan aktivitas kehidupan menghasilkan gas emisi. Namun Allah telah
mengatur keseimbangan alam di bumi, sebagian ozon dapat terbentuk dengan adanya
kilat.
Kilat
dapat membentuk ozon? Kok bisa? Ya, berdasarkan kajian
penelitian yang lebih mendalam oleh para ilmuwan, kilat ternyata memiliki
manfaat dapat membantu pembentukan ozon. Seperti dikatakan tadi bahwa ozon
berupa O3 sedangkan di
alam bebas yang bertebaran ialah O2
dan tidak ada unsur O yang
berdiri sendiri, lalu bagaimanakah caranya O2
+ O menjadi O3? Karena
di alam bebas yang terdapat ialah O2
maka O2 yang lain
harus diputus ikatannya sehingga menjadi unsur O yang berdiri sendiri kemudian akan berikatan dengan O2 sehingga menjadi O3. Pemutusan ikatan
tersebut dapat terjadi ketika adanya hantaran listrik yang sangat tinggi, yaitu
kilat. Dengan demikian, ozon dapat terbentuk ketika adanya kilat menyambar. Maka,
kilat bukan sekedar sesuatu yang menakutkan, bukan? Namun kilat memiliki
manfaat tersendiri. Oleh karena itu, sesuatu yang tampak tidak bisa disimpulkan
begitu saja, namun perlu adanya kajian yang lebih mendalam lagi sehingga
barulah didapatkan kesimpulan.
Prinsip filsafat
fenomenologi inilah yang menjadi dasar pemikiran penelitian kualitatif, bahwa
suatu objek yang diteliti dengan kenampakannya harus dikaji dan diteliti lebih
mendalam lagi kemudian barulah di dapatkan suatu kesimpulan penelitian. Data
dari objek penelitian tersebut tidak dapat direkayasa ataupun yang tiada di
ada-adakan, namun harus sesuai dengan seadanya, sesuai dengan kenyataan. Jadi dari
sini apakah masih asing dengan penelitian kualitatif? Semoga mulai terbuka
ya...
Cirebon, 4 Juni
2015
Vivi Sophie
Elfada
#NulisRandom2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar