Kamis, 30 Januari 2020

Impian dan Ikhlas

Pernah suatu ketika, menginginkan untuk dikabulkannya suatu impian. Impian itu sungguh sangat kuat dan menggebu. Segala cara upaya dilakukan, mulai dari ikhtiar dan do'a.
Hingga pada akhirnya berada pada ujung kepanikan, kegalauan, dan segala kawan-kawannya karena tak kunjung juga dikabulkan sesegera mungkin. Namun begitu, tetap saja terus berusaha&memohon kepada Allah.

Qadarullah, Allah mengabulkan impian sesuai dengan keinginan yang sesegera mungkin itu. Namun, setelahnya dikabulkannya impian itu sesuai dengan sesegera mungkin, banyak hal lain yang terlewatkan, banyak pula berbagai persoalan yang berdatangan setelahnya secara tiba-tiba tanpa ada prediksi apapun sebelumnya, ternyata banyak sekali ragam kejutan-kejutan yang tidak diharapkan yang menjadi pengiring impian itu.

Bukan bermaksud untuk menyesali banyak hal yang terlewatkan, bukan pula menyesali terkabulkannya sebuah impian yang dimintakan kepada Allah sesegera mungkin itu.

Namun, dibalik Allah mengabulkan sebuah impian sesegera mungkin itu, Allah memberikan pelajaran yang sangat amat berharga untuk impian-impian lain yang masih belum dikabulkan.

Bahwa memintakan untuk terkabulkannya impian tidaklah boleh untuk memaksa meskipun seberapa inginnya dan kuatnya impian itu untuk dikabulkan. Maka mintakanlah kepada Allah untuk dikabulkan hal yang terbaiknya, bagaimanapun yang terbaik menurut Allah, serahkan saja semuanya kepada Allah, biar Allah yang mengatur hal terbaiknya, biar Allah yang menuntun impian yang terbaiknya. Karena yang diinginkan manusia belum tentu memang yang terbaik yang dibutuhkan, namun yang Allah berikan sudah pasti yang dibutuhkan manusia.

Maka, satu point penting ialah meminta kepada Allah tanpa memaksakan kehendak. Mintakanlah kehendak Allah yang terbaik untuk sebuah impian.

Selanjutnya ialah point keikhlasan. Tersadarkan pula bahwa selama ini usaha untuk mendekati Allah adalah semata-mata hanya memiliki suatu niatan agar untuk dikabulkannya sebuah impian, selepas dikabulkannya impian kembali lagi kedalam masa kejahiliyahan jauh dari Allah. Malu rasanya saat menyadari bahwa selama ini hati tidak ikhlas untuk bergantung kepada Allah.

Seharusnya hati ini benar-benar ikhlas bergantung kepada Allah. Bahwa suka-tidak suka dengan sebuah keadaan, terkabulkannya impian atau belum, apapun itu, tetaplah menggantungkan hidup kepada Allah. Terserah Allah mau dibawa kemana jalan hidup ini, tetaplah bergantung kepada Allah. Dengan bergantungnya hidup kepada Allah maka mencerminkan kepercayaan apapun kehendak Allah atas hidup ini adalah yang terbaik. Maka hati harus dibenahi kembali agar ikhlas karena untuk menggapai Ridhlo Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar