Melawan
Lupa, Menatap Masa Depan
Dalam diam
ku menyimak, dalam diam ku menyimpan, dalam diam ku berkecamuk. Akhirnya resah
ini terlalu penuh untuk disimpan sendiri hingga hari ini meluap dan dan tumpah ke
dalam tulisan. Aku adalah bagian dari negeri ini. Jangka waktu lima tahun itu
tak sebentar. Sedikit atau banyak, kelak kepemimpinan sang pemimpin pasti akan
berpengaruh terhadap kehidupan seluruh komponen masyarakat, termasuk diri ini.
Apalah
jadinya jika negeri ini dipimpin oleh boneka? Apalagi yang menjadi dalangnya
seorang perempuan, dan bonekanya seorang lelaki? Negeri ini bukan negeri
kerajaan, raja telah tiada, kemudian anaknya yang meneruskan tahta, berbagai
cara dilakukan termasuk mengutus boneka. Negeri ini butuh pemimpin yang bisa
memimpin, mampu mempengaruhi dan menggerakkan seluruh komponen masyarakat. Memang
bohong, jika seorang pemimpin mampu memimpin negerinya sendirian, pastinya
seorang pemimpin harus melibatkan banyak pemikir hebat dan para pekerja keras untuk memakmurkan
negeri ini, namun bukan berarti menjadi boneka dari hebatnya mereka yang
memiliki gagasan.
Namun,
entahlah... Siapapun yang akan menjadi pemimpin negeri ini, semoga adalah
pilihan yang terbaik. Semoga negeri ini dapat lebih makmur dan sejahtera,
tentunya dengan keutuhan yang ada, utuh seutuh-utuhnya, jangan sampai bagian
apapun dari negeri ini kembali diambil oleh negeri orang. Jika melawan lupa,
negeri ini telah kehilangan berapa
bagiankah karna diambil negeri orang? Pulau yang seharusnya menjadi aset
untuk anak-cucu dari negeri ini telah melayang. Melawan lupa, menatap masa
depan. Semoga masa lalu dapat menjadi sebuah pelajaran dalam kehidupan ini
untuk menapaki masa depan yang lebih cerah. Aamiin Yaa Rabbal alamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar