Jumat, 11 Juli 2014

Melawan Lupa, Menatap Masa Depan

Melawan Lupa, Menatap Masa Depan
Dalam diam ku menyimak, dalam diam ku menyimpan, dalam diam ku berkecamuk. Akhirnya resah ini terlalu penuh untuk disimpan sendiri hingga hari ini meluap dan dan tumpah ke dalam tulisan. Aku adalah bagian dari negeri ini. Jangka waktu lima tahun itu tak sebentar. Sedikit atau banyak, kelak kepemimpinan sang pemimpin pasti akan berpengaruh terhadap kehidupan seluruh komponen masyarakat, termasuk diri ini.

Apalah jadinya jika negeri ini dipimpin oleh boneka? Apalagi yang menjadi dalangnya seorang perempuan, dan bonekanya seorang lelaki? Negeri ini bukan negeri kerajaan, raja telah tiada, kemudian anaknya yang meneruskan tahta, berbagai cara dilakukan termasuk mengutus boneka. Negeri ini butuh pemimpin yang bisa memimpin, mampu mempengaruhi dan menggerakkan seluruh komponen masyarakat. Memang bohong, jika seorang pemimpin mampu memimpin negerinya sendirian, pastinya seorang pemimpin harus melibatkan banyak pemikir  hebat dan para pekerja keras untuk memakmurkan negeri ini, namun bukan berarti menjadi boneka dari hebatnya mereka yang memiliki gagasan.

Namun, entahlah... Siapapun yang akan menjadi pemimpin negeri ini, semoga adalah pilihan yang terbaik. Semoga negeri ini dapat lebih makmur dan sejahtera, tentunya dengan keutuhan yang ada, utuh seutuh-utuhnya, jangan sampai bagian apapun dari negeri ini kembali diambil oleh negeri orang. Jika melawan lupa, negeri ini telah kehilangan berapa  bagiankah karna diambil negeri orang? Pulau yang seharusnya menjadi aset untuk anak-cucu dari negeri ini telah melayang. Melawan lupa, menatap masa depan. Semoga masa lalu dapat menjadi sebuah pelajaran dalam kehidupan ini untuk menapaki masa depan yang lebih cerah. Aamiin Yaa Rabbal alamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar