Minggu, 14 September 2014

Home Schooling

MAKALAH SOSIOLOGI PENDIDIKAN

 HOME SCHOOLING

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata kuliah: Sosiologi Pendidikan
Dosen pengampu: Dra. Mumun Munawaroh, MSi
 








Disusun oleh:

Kelompok 7

1.      Vivi Sophie Elfada              (14111610113)
2.      Asep Alfi Syahrin               (14111620062)
3.      Anwar Musyadad                (14111610006)
4.      Dwi Wulansari                    (14111620069)
5.      Fatikah Rahma Dewi          (14111610017)
6.      Indah Fitriani                      (14111610027)

Kelas                   :    IPA Biologi B Semester 3


KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2012





KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat, hidayah­­, serta kemudahan dalam segala hal sehingga dalam pembuatan makalah ini, yang kami beri judul “Mu’amalat” dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Tak lupa pula shalawat serta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad Saw, keluarganya, para sahabatnya, dan semmoga kita termasuk umatnya yang diberi syafa’at di yaumil akhir nanti. Amin.
            Selanjutnya kami ucapkan terimakasih terutama kepada Ibu dosen pengampu mata kuliah osiologi pendidikan yang telah membimbing dalam pembuatan makalah. Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada rekan-rekan seperjuangan yang memberi dorongan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
            Dari makalah yang kami buat ini, berharap semoga dapat memberikan manfaat yang berarti bagi para pembacanya dan dapat memberikan informasi tambahan.  Akhir kata kami ucapkan mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini.  Untuk itu, kami  mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk dapat memperbaiki makalah selanjutnya.



                                                                                    Cirebon, 15 Oktober 2012


                                                                                                Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………….........………………i
DAFTAR ISI ……………………………………………………..........ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang…………………………………………………………..1
B.     Rumusan Masalah……………………………………………………….1
C.    Tujuan…………………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Homeschooling........................................................................ 3
B.     Sejarah singkat Homeschooling................................................................. 3
C.     Factor-faktor pemicu dan pendukung Homeschooling................................ 5
D.    Home Schooling jenis dan subyek pengajaranya.......................................... 7
E.     Kurikulum Homeschooling.......................................................................... 8
F.      Dampa positif Homeschooling.................................................................... 9
G.    Dampak negative Homeschooling.............................................................. 11
H.    Kelebihan dan kekurangan Homeschooling................................................ 12
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan................................................................................... 13
B.     Saran ........................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 14





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Setiap orang tua menghendaki anak-anaknya mendapat pendidikan bermutu, nilai-nilai iman dan moral yang tertanam baik, dan suasana belajar anak yang menyenangkan. Kerap kali hal-hal tersebut tidak ditemukan para orang tua di sekolah umum. Oleh karena itu muncul lah ide orang tua untuk “menyekolahkan” anak-anaknya di rumah. Dalam perkembangannya, berdirilah lembaga sekolah yang disebut sekolah-rumah (home schooling) atau dikenal juga dengan istilah sekolah mandiri, atau home edition atau home based learning.
Banyaknya orang tua yang tidak puas dengan hasil sekolah formal mendorong orang tua mendidik anaknya di rumah. Kerap kali sekolah formal berorientasi pada nilai rapor (kepentingan sekolah), bukannya mengedepankan keterampilan hidup dan bersosialisasi (nilai-nilai iman dan moral).
Di sekolah, banyak murid mengejar nilai rapor dengan mencontek atau membeli ijazah palsu. Selain itu, perhatian secara personal pada anak, kurang diperhatikan. Ditambah lagi, identitas anak distigmatisasi dan ditentukan oleh teman-temannya yang lebih pintar, lebih unggul atau lebih “cerdas”. Keadaan demikian menambah suasana sekolah menjadi tidak menyenangkan.
Ketidakpuasan tersebut semakin memicu orang tua memilih mendidik anak-anaknya di rumah, dengan resiko menyediakan banyak waktu dan tenaga. Home Schooling menjadi tempat harapan orang tua untuk meningkatkan mutu pendidikan anak-anak, mengembangkan nilai-nilai iman/agama dan moral serta mendapatkan suasana belajar yang menyenangkan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Mahasiswa mampu mengetahui dari penjelasan dari homeschooling.
2.      Mahasiswa mampu mengetahui kecenderungan homeschooling bagi masyarakat Indonesia.
3.      Mengetahui kekurangan dan keleihan dari homeschooling.
4.      Faktor- faktor pemicu dan pendukung homeschooling.
5.      Bagaimana penerapan homeschooling dan penggunaan kurikulum, apa sama dengan sekolah formal.

C.    Tujuan

1.      Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dari materi homeschooling.
2.      Mahasiswa mampu mengetahui faktor-faktor pemicu dan pendukung homeschooling.
3.      Mahasiswa mampu aktif dalam menjelaskan materi mengenai metode homeschooling.


D.       
BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Home Schooling
Istilah Home Schooling berasal dari bahasa Inggris berarti sekolah rumah. Home Schooling berakar dan tumbuh di Amerika Serikat, yang dikenal juga dengan sebutanHome Education, Home Based Learning atau sekolah mandiri. Pengertian umum Home Schooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya yang berarti orang tua terlibat langsung menentukan proses penyelenggaraan pendidikan, penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang hendak dikembangkan, kecerdasan keterampilan, kurikulum dan materi, serta metode dan praktek belajar (Sumardiono, 2007: 4).
Selain pemilihan materi dan standar pendidikan sekolah rumah, mereka juga harus melaksanakan ujian bagi anak-anaknya untuk mendapatkan sertifikat agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Sertifikat dari Amerika Serikat itu diakui di Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional) sebagai Lulusan Sekolah Luar Negeri. (Kompas, 13/3/2005)
Departemen Pendidikan Nasional menyebut jalur sekolah rumah ini dikategorikan sebagai jalur pendidikan informal, yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan (pasal 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional – sisdiknas No. 20/2003).
Kegiatan pendidikan informal dilakukan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri, meskipun pemerintah tidak mengatur standar isi dan proses pelayanan pendidikan informal, namun hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal (sekolah umum).
B.     Sejarah Singkat
Filosofi sekolah rumah menurut John Caldwell Holt dalam bukunya How Children Fail (1964) adalah bahwa manusia pada dasarnya makhluk belajar dan senang belajar. Yang membunuh kesenangan belajar adalah orang-orang yang berusaha menyelak, mengatur atau mengontrolnya.
Pada tahun 1960-an, Holt mengatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak ditentukan oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah, tetapi disebabkan oleh sistem sekolah itu sendiri. Pada akhir 1960-an dan awal tahun 1970-an, Ray dan Dorothy Moor melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa memasukkan anak-anak pada sekolah formal sebelum usia 8 – 12 tahun bukan hanya tak efektif, tetapi juga berakibat buruk bagi anak-anak.
Serupa dengan Holt, Ray dan Dorothy Moore kemudian menjadi pendukung dan konsultan penting Home Schooling. Setelah itu, Home Schooling terus berkembang. Selain karena alasan keyakinan (beliefs), pertumbuhan Home Schooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah formal.
Homeschooling di Indonesia belum diketahui secara persis karena belum ada penelitian khusus tentang akar perkembangannya. Istilah homeschooling merupakan khazanah relatif baru di Indonesia.Namun jika dilihat dari konsep homeschooling sebagai pembelajaran yang tidak berlangsung di sekolah formal alias otodidak, maka sekolah rumah sudah tidak merupakan hal baru. Banyak tokoh-tokoh sejarah Indonesia yang sudah mempraktekkan homeschooling seperti KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, dan Buya Hamka (Makalah Dr. Seto Mulyadi, 18 Juni 2006).

Dalam pengertian homeschooling ala Amerika Serikat, sekolah rumah di Indonesia sudah sejak tahun 1990-an. Misalnya Wanti, seorang ibu yang tidak puas dengan sistem pendidikan formal. Melihat risiko yang menurut Wanti sangat mahal harganya, dia banting setir. Tahun 1992 Wanti mengeluarkan semua anaknya dari sekolah dan memutuskan mengajar sendiri anak-anaknya di rumah.Ia mempersiapkan diri selama 2 tahun sebelum menyekolahkan anaknya di rumah. Semua kurikulum dan bahan ajar diimpor dari Amerika Serikat.Wanti sadar keputusannya mengandung konsekuensi berat. Dia harus mau capek belajar lagi, karena bersekolah di rumah berarti bukan anaknya saja yang belajar, tetapi justru orangtua yang harus banyak belajar.
Demikian juga Helen Ongko (44), salah seorang ibu yang mendidik anaknya dengan bersekolah di rumah, sampai harus ke Singapura dan Malaysia mengikuti seminar tentang hal ini.Dia ingin benar-benar mantap, baru mengambil keputusan.“Kebetulan waktu itu kondisi ekonomi sedang krisis sehingga kami banyak di rumah.Eh, ternyata enak ya belajar bersama di rumah,” kata Helen yang mulai mengajar anak di rumah tahun 2000 (Kompas, 13/3/2005).
Di Indonesia baru beberapa lembaga yang menyelenggarakan homeschoooling, seperti Morning Star Academy dan lembaga pemerintah berupa Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM).

Morning Star Academy, Lembaga pendidikan Kristen ini berdiri sejak tahun 2002 dengan tujuan selain memberikan edukasi yang bertaraf internasional, juga membentuk karakter siswanya.
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan program pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan jalur informal.Badan penyelenggara PKBM sudah ada ratusan di Indonesia.Di Jakarta Selatan aja, ada sekitar 25 lembaga penyelenggara PKBM dengan jumlah siswa lebih kurang 100 orang.Setiap program PKBM terbagi atas Program Paket A (untuk setingkat SD), B (setingkat SMP), dan Paket C (setingkat SMA). PKBM sebenarnya menyelenggarakan proses pendidikan selama 3 hari di sekolah, selebihnya, tutor mendatangi rumah para murid. Para murid harus mengikuti ujian guna mendapatkan ijazah atau melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.Perbedaan Ijazah dengan sekolah umum, PKBM langsung mengeluarkannya dari pusat.
Saat ini, perkembangan homeschooling di Indonesia dipengaruhi oleh akses terhadap informasi yang semakin terbuka dan membuat para orang tua memiliki semakin banyak pilihan untuk pendidikan anak-anaknya.

C.    Faktor-faktor pemicu dan pendukung Home Schooling :

1.      Kegagalan Sekolah Formal
Baik di Amerika Serikat maupun di Indonesia, kegagalan sekolah formal dalam menghasilkan mutu pendidikan yang lebih baik menjadi pemicu bagi keluarga-keluarga di Indonesia maupun di mancanegara untuk menyelenggarakan Home Schooling. Sekolah rumah ini dinilai dapat menghasilkan didikan bermutu.
2.      Teori Intelegensi Ganda
Salah satu teori pendidikan yang berpengaruh dalam perkembangan Home Schoolingadalah Teori Intelegensi Ganda/Multiple Intellegences (Howard Gardner: 1983). Teori Gardner ini memicu para orang tua untuk mengembangkan potensi-potensi intelegensi yang dimiliki anak, yang kerap kali sekolah formal tidak mampu mengembangkannya.
3.      Sosok Home Schooling Terkenal
Banyaknya tokoh-tokoh penting dunia yang bisa berhasil dalam hidupnya tanpa menjalani sekolah formal juga memicu munculnya Home Schooling seperti Benyamin Franklin, Thomas Alfa Edison, KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara dan tokoh-tokoh lainnya.
Benyamin Franklin misalnya, ia berhasil menjadi seorang negarawan, ilmuwan, penemu, pemimpin sipil dan pelayan public bukan karena belajar di sekolah formal. Franklin hanya menjalani dua tahun mengikuti sekolah karena orang tua tak mampu membayar biaya pendidikan. Selebihnya, ia belajar tentang hidup dan berbagai hal dari waktu ke waktu di rumah dan tempat lainnya yang bisa ia jadikan sebagai tempat belajar.
4.      Tersedianya Aneka Sarana
Dewasa ini, perkembangan Home Schooling ikut dipicu oleh fasilitas yang berkembang di dunia nyata. Fasilitas itu antara lain faislitas pendidikan (perpustakaan, museum, lembaga penelitian), fasilitas umum (taman, stasiun, jalan raya), fasilitas sosial (taman, panti asuhan, rumah sakit), fasilitas bisnis (mall, pameran, restoran, pabrik, sawah, perkebunan), dan fasilitas teknologi dan informasi (internet dan audiovisual).
5.      Legalitas Homeschooling
Dasar penyelenggaraan homeschooling di antaranya adalah UU No. 20 Th. 2003 tentang Sisdiknas, terutama pasal 27 yang berbunyi: (1) Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. (2) Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

6.      Penyetaraan Homeschooling
Kegiatan homeschooling perlu dilaporkan ke Dinas Pendidikan setempat agar peserta homeschooling mendapat ijazah resmi dari pemerintah.Untuk ijazah SD adalah Paket A, SMP Paket B, dan SMA Paket C. Sistem ujiannya adalah melalui ujian nasional kesetaraan.
Jika di sekolah formal ada BOS, di homeschooling ada BOP (Bantuan Operasional Pendidikan), yakni: untuk Paket A bantuan warga belajar sebesar Rp. 238rb+Rp.74rb (modul/bahan ajar); Paket B Rp. 260rb+Rp.80rb; dan Paket C Rp. 285rb+84rb.

D.    Home Schooling Jenis & Subyek Pengajarannya
Banyak orang tua yang ingin memberikan homeschooling kepada anaknya tapi tidak tahu apa yang harus dilakukan karena berbagai sumber yang simpang siur.
Tetapi paling tidak dari artikel ini akan mendapat sedikit gambaran tentang beberapa macam homeschooling dan bagaimana menentukan subyek pembelajaran untuk anak. Homeschooling  dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1.      Homeschooling tunggal
Adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh orang tua dalam suatu keluarga tanpa bergabung dengan yang lainnya. Biasanya homeschooling jenis ini diterapkan karena adanya tujuan atau alasan khusus yang tidak dapat diketahui atau dikompromikan dengan komunitas homeschooling lainnya. Tetapi tanpa alasan dan tujuan khusus homeschooling tunggal juga bisa diterapkan di rumah.
2.       Homeschooling majemuk
Adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh dua keluarga atau lebih untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilakukan oleh orang tua masing-masing. Alasannya terdapat kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga untuk melakukan kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari konsorsium, kegiatan olah raga (misalnya keluarga atlit tenis), keahlian musik/ seni, kegiatan sosial dan kegiatan keagamaan.
3.       Komunitas homeschooling
Adalah gabungan dari beberapa homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah raga, musik/ seni, dan bahasa), sarana/ prasarana, dan jadwal pembelajaran. Komitmen penyelenggaraan antara orang tua dan komunitasnya kurang lebih 50:50.

4.      Subyek Pengajaran
Dalam menjalankan homeschooling  yang paling memusingkan orang tua adalah menentukan subyek apa yang perlu diajarkan ke anak 15 menit-1 jam per-hari itu? Matt James, seorang dokter, homeschool 4 anak dan penulis buku “homeschooling odyssey” memberi tips untuk memberikan subyek yang kira-kira tidak bisa dikuasai anak secara alami. Misalnya, grammar, spelling, dan aritmatika.
Garis bawahnya adalah ‘yang kira-kira tidak bisa dikuasai anak’. Jika hal tersebut menjadi prioritas maka setiap anak akan mendapat subyek yang berbeda-beda.. Misalnya, Ada anak yang bisa belajar matematika dengan sendirinya, ada anak yang perlu bantuan.

E.     Kurikulum Homeschooling

Homeschooling, dapat menggunakan berbagai kurikulum. Kurikulum nasional yang digunakan berupa kurikulum pendidikan formal atau kurikulum pendidikan kesetaraan. Kemudian dimodifikasi dengan beberapa bidang kurikulum yang menjadi minat, potensi, dan kebutuhan yang ingin dikembangkan, misalnya anak ingin mengembangkan minatnya dalam bermain musik maka dalam kurikulum dapat ditambahkan kegiatan bermain musik menjadi bagian dalam fokus pendidikan atau homeschooling untuk keluarga atlit dapat menambahkan kurikulum kegiatan berolah raga lebih banyak disela-sela pelaksanaan bidang pendidikan yang lain.
Kurikulum lain yang dapat digunakan adalah kurikulum yang berasal dari luar negeri. Kurikulum ini biasanya sudah disiapkan langsung dengan paket lembar kerja, buku bacaan, lembar evaluasi, dan materi dalam satu tahun.Orang tua dapat membeli paket kurikulum ini dengan harga tertentu. Di Indonesia paket kurikulum seperti ini sudah dirancang/disusun oleh komunitas sekolahrumah milik kak seto ”Asah Pena”. Modul, lembar kerja, lembar evaluasi dan materi telah disediakan, jadwal pertemuan antar orang tua dan pihak komunitas juga telah dirancang selama beberapa periode. Adapun tujuannya adalah agar mutu pendidikan setiap homeschooling yang tergabung dalam komunitas tersebut dapat terpantau dan tetap terjaga kualitasnya

F.     Dampak Positif Homeschooling

Telah kita ketahui sebelumnya bahwa homeschooling adalah sekolah rumah yang cukup berbeda dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya. Homeschooling adalah sekolah yang dilakukan di rumah atau langsung pada lingkungan yang ada. Homeschoolingbiasanya dilakukan dengan jumlah siswa yang tidak banyak. Homeschooling mendidik langsung pada obyek dan kenyataan yang ada dalam hidup. Lebih jelasnya adalah dengan obyek kehidupan yang nyata yang bisa langsung dirasakan atau dilihat oleh peserta didik.
Pendidikan homeschooling ini adalah sarana pendidikan yang mandiri. Pendidikan yang mengupayakan peserta didik belajar secara aktif dan memiliki pengendalian diri. Peserta didik mampu memiliki kepribadian yang tangguh, akhlak yang mulia, dan keterampilan-keterampilan yang diinginkan dan dibutuhkan oleh peserta didik serta masyarakat. Homeschooling ini merupakan pendidikan yang dapat menyesuaikan kondisi dan kebutuhan anak dan keluarga. Karena dengan sistem pengajaran yang terpusat pada seorang siswa, pembimbing mampu dengan mudah memahami karakter anak dan mampu membuat strategi-strategi yang sesuai untuk anak. Hal ini dilakukan agar anak mampu menerima dan memahami sebuah pelajaran dengan seksama. Jika seorang anak tidak memahami dengan apa yang diajarkan pendidik, anak bisa langsung menanyakan atau bahkan mencari tahu apa yang dimaksud oleh pendidik. Dengan demikian seorang anak mampu memahami secara mendalam tentang pelajaran tersebut dan pengetahuan tersebut dapat melekat dalam pribadinya.
Peserta didik homeschooling bisa lebih mandiri karena anak didik cenderung belajar sendiri dan menemukan sesuatu sendiri dengan bantuan pendidik. Peserta didik mencari tahu segala sesuatu yang ingin diketahuinya. Peserta didik memilih apa yang disukainya dan apa yang tidak disukainya.
Peserta didik bisa memiliki potensi yang lebih besar, karena dia tidak terikat dengan standar-standar sekolah yang diatur oleh pemerintah. Di homeschooling peserta didik lebih bebas berkreasi, karena peserta didik dapat melakukan apa yang dia inginkan yang tentunya itu adalah mendidik peserta didik tersebut dan mampu menambah wawasan peserta didik.
Dengan cara kerja homeschooling yang mendidik siswa untuk mandiri, berkreatifitas tinggi, dan mempelajari kehidupan yang secara langsung, maka siswa bisa lebih siap terjun kedalam dunia nyata. Hal ini karena peserta didik memperoleh sebuah pelajaran yang secara langsung menyangkut kehidupan sehari-hari.
Homeschooling ini cenderung membuat peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan orang yang lebih tua dan cenderung terlindungi dari pergaulan bebas atau pergaulan yang tidak sesuai dengan norma, karena peserta didik belajar tidak dengan banyak orang. Peserta didik lebih tertutup dengan pergaulan diluar sana. Peserta didik belajar secara individu dan tidak terkontaminasi dengan kehidupan bebas di luar sana. Peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan orang yang lebih tua dari diri mereka, karena di dalam pembelajarannya peserta didik lebih banyak berkomunikasi dengan orang-orang yang lebih tua dari mereka untuk menambah pengetahuannya sesuai dengan apa yang dia inginkan.
Selain itu homeschooling ini bersifat ekonomis. Dapat disesuaikan dengan kemampuan keluarga. Karena segala biaya dan kebutuhan diatur oleh keluarga itu sendiri, sehingga keluarga dapat menentukan apa saja yang mereka perlukan.
Homeschooling tidak menuntut orang tua untuk serba tahu. Karena pembelajaranhomeschooling dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Anak dapat belajar tentang sesuatu yang ingin diketahuinya dengan mencari tahu hal tersebut sendiri maupun dengan bantuan orang lain.



G.    Dampak Negatif Homeschooling

Di dunia ini tidak ada yang sempurna. Demikian juga dengan pendidikan anak. Tidak ada yang mampu memeberikan pendidikan yang selalu berdampak positif. Setiap jalur pendidikan tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena, itu kita tidak bisa menilai bahwa jalur-jalur tertentu adalah jalur yang selalu baik dan tidak memiliki dampak yang negatif. Sehingga orang tua hanya bisa memilih jalur yang mereka anggap terbaik untuk mereka dan anak mereka.
Selain memiliki kelebihan, homeschooling juga memiliki kekurangan. Misalnya peserta didik dari homeschooling ini harus memiliki komitmen yang kuat antara siswa dengan pendidik tentang apa yang akan dipelajarinya, waktu-waktu dalam pembelajaran kapan saja, sarana-sarana apa yang ingin disediakan, situasi apa yang diinginkan, metode seperti apa yang disenangi peserta didik, dan lain sebagainya. Salah satu kekurangan yang paling menonjol dari homeschooling adalah anak tidak bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.
Selain itu dalam homeschooling sangat menuntut peran orang tua dalam mendidik anak. Tanpa ada dukungan orang tua, pendidikan anak akan terasa percuma. Orang tua perlu memperhatikan karakter anak, perkembangan dari anak, dan keinginan anak. Hal ini bertujuan agar orang tua mampu berperan dengan baik dalam perkembangan anak.
Dalam homeschooling, orang tua tentu cenderung melindungi buah hatinya. Namun perlindungan orang tua yang cenderung berlebihan ini justru membuat anak menjadi sulit dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. Anak akan memiliki kemampuan yang terbatas dalam menyelesaikan masalah-masalah sosialnya yang tidak dipikirkan sebelumnya, karena anak kurang memiliki pergaulan dengan anak-anak yang seusianya, dan dia telah terbiasa memiliki perlindungan lebih dari orang tuanya.
Dengan adanya interaksi dengan orang yang lebih tua saja, membuat anak menjadi sulit dalam bersosialisasi dengan orang yang seusianya. Anak hanya mampu berinteraksi baik dengan orang yang lebih tua darinya namun tidak mampu berinteraksi dengan baik dengan teman-teman sebayanya.
Anak menjadi tidak mampu bekerja dalam tim karena kecenderungannya yang bekerja secara individu. Anak telah dididik secara mandiri dan secara individu membuat anak menjadi susah dalam bekerja sama. Anak hanya memiliki pergaulan dengan orang tua atau pembimbingnya saja. Homeschooling membuat anak tidak memiliki wawasan yang luas dalam artian si anak menjadi kurang pergaulan. Karena anak tertutup dengan pergaulan yang bebas diluar sana.

H.    Kelebihan dan Kekurangan Home schooling
Kita dapat menyebutkan kelebihan Home Schooling, antara lain ; adaptable, artinya sesuai dengan kebutuhan anak dan kondisi keluarga; mandiri artinya lebih memberikan peluang kemandirian dan kreativitas individual yang tidak didapatkan di sekolah umum; potensi yang maksimal, dapat memaksimalkan potensi anak, tanpa harus mengikuti standar waktu yang ditetapkan sekolah; siap terjun pada dunia nyata, output sekolah rumah lebih siap terjun pada dunia nyata karena proses pembelajarannya berdasarkan kegiatan sehari-hari yang ada di sekitarnya; terlindung dari pergaulan menyimpang. Ada kesesuaian pertumbuhan anak dengan keluarga. Relatif terlindung dari hamparan nilai dan pergaulan dan menyimpang (tawuran, narkoba, konsumerisme, pornografi, mencontek dan sebagainya); ekonomis, biaya pendidikan dapat menyesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga.
Di sisi lain, Home Schooling mempunyai kelemahan-kelemahan yang dapt disebutkan berikut ini; membutuhkan komitmen dan tanggung jawab tinggi dari orang tua; memiliki kompleksitas yang lebih tinggi karena orang tua harus bertanggung jawab atas keseluruhyan proses pendidikan anak; keterampilan dan dinamika bersosialisasi dengan teman sebaya relatif rendah; ada resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim (team work), organisasi dan kepemimpinan; proteksi berlebihan dari orang tua dapat memberikan efek samping ketidakmampuan menyelesaikan situasi dan masalah sosial yang kompleks yang tidak terprediksi.



BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Home Schooling merupakan sebuah pilihan dan khazanah alternatif pendidikan bagi orang tua dalam meningkatkan mutu pendidikan, mengembangkan nilai iman (agama), dan menginginkan suasana belajar yang lebih menyenangkan. Di sini lain, ada sekolah umum yang memberikan bahan ajar dan kurikulum secara terpusat dan seragam, sesuai dengan harapan dan kebutuhan anak,.
Baik Home Schooling maupun sekolah umum (pendidikan formal) sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan. Soal pilihan atas keduanya, semua diserahkan pada orang tua dan keluarga sesuai dengan kondisi keluarga.

B.     Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini, maka penyusun sangat mengarapkan respon dari para teman – teman mahasiswa ataupun dari dosen dan saran konstruktif dari siapapun datangnya, demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat adanya, khususnya bagi penyusun sendiri, dan umumnya para pembaca lainnya. Amin ya robbal a’lamiiin












DAFTAR PUSTAKA


Amanyaulady.wordpress.com/2010/09/10. Jenis dan Subjek Home Schooling. [online]. Tersedia:http://www.octomegazine.com. (14 oktober 2012)

Arikunto, Indra. 2011. Memilih Home Schooling. [online]. Tersedia: http://www.edukasi.kompas.com. (16 Maret 2012)

RhinastarOf.Wordpress.com/2010/12/01. Dampak Negatif dan Positif Home Schooling. [online]. Tersedia: http://www.bundazone.com. (16 Maret 2012)

Simbolon, Pormadi. 2007. Home Schooling : Sebuah Pendidikan Alternatif. [online]. Tersedia:http://www.pormadi.wordpress.com. (15 Maret 2012)

Sumardiono. 2007. Home Schooling A Lear For Better Learning. [online]. Tersedia:http://www.sumardiono.com. (15 Maret 2012)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar