MAKALAH SOSIOLOGI PENDIDIKAN
HOME SCHOOLING
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata
kuliah: Sosiologi
Pendidikan
Dosen
pengampu: Dra. Mumun
Munawaroh, MSi
Disusun oleh:
Kelompok 7
1.
Vivi
Sophie Elfada (14111610113)
2.
Asep
Alfi Syahrin (14111620062)
3.
Anwar
Musyadad (14111610006)
4.
Dwi
Wulansari
(14111620069)
5.
Fatikah
Rahma Dewi (14111610017)
6.
Indah
Fitriani
(14111610027)
Kelas : IPA Biologi B Semester 3
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2012
KATA PENGANTAR
Segala puji kami
panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta
kemudahan dalam segala hal sehingga dalam pembuatan makalah ini, yang kami beri
judul “Mu’amalat” dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Tak lupa pula shalawat
serta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad Saw, keluarganya, para sahabatnya, dan semmoga kita termasuk umatnya
yang diberi syafa’at di yaumil akhir nanti. Amin.
Selanjutnya
kami ucapkan terimakasih terutama kepada Ibu dosen pengampu mata kuliah osiologi
pendidikan yang telah membimbing dalam pembuatan makalah. Tak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada rekan-rekan seperjuangan yang memberi dorongan sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Dari
makalah yang kami buat ini, berharap semoga dapat memberikan manfaat yang
berarti bagi para pembacanya dan dapat memberikan informasi tambahan. Akhir kata kami ucapkan mohon maaf apabila
terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk dapat memperbaiki makalah selanjutnya.
Cirebon,
15 Oktober 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………….........………………i
DAFTAR ISI ……………………………………………………..........ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang…………………………………………………………..1
B.
Rumusan Masalah……………………………………………………….1
C.
Tujuan…………………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Homeschooling........................................................................ 3
B. Sejarah
singkat Homeschooling................................................................. 3
C. Factor-faktor
pemicu dan pendukung Homeschooling................................ 5
D. Home
Schooling jenis dan subyek pengajaranya.......................................... 7
E. Kurikulum
Homeschooling.......................................................................... 8
F. Dampa
positif Homeschooling.................................................................... 9
G. Dampak
negative Homeschooling.............................................................. 11
H. Kelebihan
dan kekurangan Homeschooling................................................ 12
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................... 13
B.
Saran ........................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap orang tua menghendaki anak-anaknya mendapat
pendidikan bermutu, nilai-nilai iman dan moral yang tertanam baik, dan suasana
belajar anak yang menyenangkan. Kerap kali hal-hal tersebut tidak ditemukan
para orang tua di sekolah umum. Oleh karena itu muncul lah ide orang tua untuk
“menyekolahkan” anak-anaknya di rumah. Dalam perkembangannya, berdirilah
lembaga sekolah yang disebut sekolah-rumah (home schooling) atau dikenal
juga dengan istilah sekolah mandiri, atau home edition atau home
based learning.
Banyaknya orang tua yang tidak puas dengan hasil
sekolah formal mendorong orang tua mendidik anaknya di rumah. Kerap kali
sekolah formal berorientasi pada nilai rapor (kepentingan sekolah), bukannya
mengedepankan keterampilan hidup dan bersosialisasi (nilai-nilai iman dan
moral).
Di sekolah, banyak murid mengejar nilai rapor dengan
mencontek atau membeli ijazah palsu. Selain itu, perhatian secara personal pada
anak, kurang diperhatikan. Ditambah lagi, identitas anak distigmatisasi dan
ditentukan oleh teman-temannya yang lebih pintar, lebih unggul atau lebih
“cerdas”. Keadaan demikian menambah suasana sekolah menjadi tidak menyenangkan.
Ketidakpuasan tersebut semakin memicu orang tua
memilih mendidik anak-anaknya di rumah, dengan resiko menyediakan banyak waktu
dan tenaga. Home Schooling menjadi tempat harapan orang tua
untuk meningkatkan mutu pendidikan anak-anak, mengembangkan nilai-nilai
iman/agama dan moral serta mendapatkan suasana belajar yang menyenangkan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Mahasiswa mampu mengetahui dari penjelasan dari
homeschooling.
2. Mahasiswa mampu mengetahui kecenderungan homeschooling
bagi masyarakat Indonesia.
3. Mengetahui kekurangan dan keleihan dari homeschooling.
4. Faktor- faktor pemicu dan pendukung homeschooling.
5. Bagaimana penerapan homeschooling dan penggunaan
kurikulum, apa sama dengan sekolah formal.
C. Tujuan
1.
Mahasiswa
mampu menjelaskan konsep dari materi homeschooling.
2.
Mahasiswa
mampu mengetahui faktor-faktor pemicu dan pendukung homeschooling.
3.
Mahasiswa
mampu aktif dalam menjelaskan materi mengenai metode homeschooling.
D.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Home Schooling
Istilah Home Schooling berasal
dari bahasa Inggris berarti sekolah rumah. Home Schooling berakar
dan tumbuh di Amerika Serikat, yang dikenal juga dengan sebutanHome
Education, Home Based Learning atau sekolah mandiri. Pengertian
umum Home Schooling adalah model pendidikan dimana sebuah
keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan
menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya yang berarti orang tua terlibat
langsung menentukan proses penyelenggaraan pendidikan, penentuan arah dan
tujuan pendidikan, nilai-nilai yang hendak dikembangkan, kecerdasan
keterampilan, kurikulum dan materi, serta metode dan praktek belajar
(Sumardiono, 2007: 4).
Selain pemilihan materi dan standar
pendidikan sekolah rumah, mereka juga harus melaksanakan ujian bagi
anak-anaknya untuk mendapatkan sertifikat agar dapat melanjutkan pendidikan ke
jenjang berikutnya. Sertifikat dari Amerika Serikat itu diakui di Indonesia
(Departemen Pendidikan Nasional) sebagai Lulusan Sekolah Luar Negeri. (Kompas,
13/3/2005)
Departemen
Pendidikan Nasional menyebut jalur sekolah rumah ini dikategorikan sebagai
jalur pendidikan informal, yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan
(pasal 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional – sisdiknas No. 20/2003).
Kegiatan pendidikan informal dilakukan
keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri,
meskipun pemerintah tidak mengatur standar isi dan proses pelayanan pendidikan
informal, namun hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal
(sekolah umum).
B.
Sejarah Singkat
Filosofi
sekolah rumah menurut John Caldwell Holt dalam bukunya How Children
Fail (1964) adalah bahwa manusia pada dasarnya makhluk belajar dan
senang belajar. Yang membunuh kesenangan belajar adalah orang-orang yang
berusaha menyelak, mengatur atau mengontrolnya.
Pada
tahun 1960-an, Holt mengatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak ditentukan
oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah, tetapi disebabkan oleh sistem sekolah
itu sendiri. Pada akhir 1960-an dan awal tahun 1970-an, Ray dan Dorothy Moor
melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa memasukkan anak-anak pada sekolah
formal sebelum usia 8 – 12 tahun bukan hanya tak efektif, tetapi juga berakibat
buruk bagi anak-anak.
Serupa dengan Holt, Ray
dan Dorothy Moore kemudian menjadi pendukung dan konsultan penting Home
Schooling. Setelah itu, Home Schooling terus berkembang.
Selain karena alasan keyakinan (beliefs), pertumbuhan Home
Schooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan
di sekolah formal.
Homeschooling di Indonesia belum
diketahui secara persis karena belum ada penelitian khusus tentang akar
perkembangannya. Istilah homeschooling merupakan khazanah relatif baru di
Indonesia.Namun jika dilihat dari konsep homeschooling sebagai pembelajaran
yang tidak berlangsung di sekolah formal alias otodidak, maka sekolah rumah
sudah tidak merupakan hal baru. Banyak tokoh-tokoh sejarah Indonesia yang sudah
mempraktekkan homeschooling seperti KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, dan
Buya Hamka (Makalah Dr. Seto Mulyadi, 18 Juni 2006).
Dalam pengertian homeschooling ala
Amerika Serikat, sekolah rumah di Indonesia sudah sejak tahun 1990-an. Misalnya
Wanti, seorang ibu yang tidak puas dengan sistem pendidikan formal. Melihat
risiko yang menurut Wanti sangat mahal harganya, dia banting setir. Tahun 1992
Wanti mengeluarkan semua anaknya dari sekolah dan memutuskan mengajar sendiri anak-anaknya
di rumah.Ia mempersiapkan diri selama 2 tahun sebelum menyekolahkan anaknya di
rumah. Semua kurikulum dan bahan ajar diimpor dari Amerika Serikat.Wanti sadar
keputusannya mengandung konsekuensi berat. Dia harus mau capek belajar lagi,
karena bersekolah di rumah berarti bukan anaknya saja yang belajar, tetapi
justru orangtua yang harus banyak belajar.
Demikian juga Helen Ongko (44),
salah seorang ibu yang mendidik anaknya dengan bersekolah di rumah, sampai
harus ke Singapura dan Malaysia mengikuti seminar tentang hal ini.Dia ingin
benar-benar mantap, baru mengambil keputusan.“Kebetulan waktu itu kondisi
ekonomi sedang krisis sehingga kami banyak di rumah.Eh, ternyata enak ya
belajar bersama di rumah,” kata Helen yang mulai mengajar anak di rumah tahun
2000 (Kompas, 13/3/2005).
Di Indonesia baru beberapa lembaga yang
menyelenggarakan homeschoooling, seperti Morning Star Academy dan lembaga
pemerintah berupa Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM).
Morning Star Academy, Lembaga
pendidikan Kristen ini berdiri sejak tahun 2002 dengan tujuan selain memberikan
edukasi yang bertaraf internasional, juga membentuk karakter siswanya.
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan
program pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan jalur informal.Badan penyelenggara
PKBM sudah ada ratusan di Indonesia.Di Jakarta Selatan aja, ada sekitar 25
lembaga penyelenggara PKBM dengan jumlah siswa lebih kurang 100 orang.Setiap
program PKBM terbagi atas Program Paket A (untuk setingkat SD), B (setingkat
SMP), dan Paket C (setingkat SMA). PKBM sebenarnya menyelenggarakan proses
pendidikan selama 3 hari di sekolah, selebihnya, tutor mendatangi rumah para
murid. Para murid harus mengikuti ujian guna mendapatkan ijazah atau
melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.Perbedaan Ijazah dengan sekolah
umum, PKBM langsung mengeluarkannya dari pusat.
Saat ini, perkembangan homeschooling
di Indonesia dipengaruhi oleh akses terhadap informasi yang semakin terbuka dan
membuat para orang tua memiliki semakin banyak pilihan untuk pendidikan
anak-anaknya.
C.
Faktor-faktor pemicu dan
pendukung Home Schooling :
1. Kegagalan
Sekolah Formal
Baik di Amerika Serikat
maupun di Indonesia, kegagalan sekolah formal dalam menghasilkan mutu
pendidikan yang lebih baik menjadi pemicu bagi keluarga-keluarga di Indonesia
maupun di mancanegara untuk menyelenggarakan Home Schooling.
Sekolah rumah ini dinilai dapat menghasilkan didikan bermutu.
2. Teori
Intelegensi Ganda
Salah satu teori
pendidikan yang berpengaruh dalam perkembangan Home Schoolingadalah
Teori Intelegensi Ganda/Multiple Intellegences (Howard Gardner:
1983). Teori Gardner ini memicu para orang tua untuk mengembangkan
potensi-potensi intelegensi yang dimiliki anak, yang kerap kali sekolah formal
tidak mampu mengembangkannya.
3. Sosok Home
Schooling Terkenal
Banyaknya tokoh-tokoh
penting dunia yang bisa berhasil dalam hidupnya tanpa menjalani sekolah formal
juga memicu munculnya Home Schooling seperti Benyamin
Franklin, Thomas Alfa Edison, KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara dan
tokoh-tokoh lainnya.
Benyamin Franklin
misalnya, ia berhasil menjadi seorang negarawan, ilmuwan, penemu, pemimpin
sipil dan pelayan public bukan karena belajar di sekolah formal. Franklin hanya
menjalani dua tahun mengikuti sekolah karena orang tua tak mampu membayar biaya
pendidikan. Selebihnya, ia belajar tentang hidup dan berbagai hal dari waktu ke
waktu di rumah dan tempat lainnya yang bisa ia jadikan sebagai tempat belajar.
4. Tersedianya
Aneka Sarana
Dewasa ini,
perkembangan Home Schooling ikut dipicu oleh fasilitas yang
berkembang di dunia nyata. Fasilitas itu antara lain faislitas pendidikan
(perpustakaan, museum, lembaga penelitian), fasilitas umum (taman, stasiun,
jalan raya), fasilitas sosial (taman, panti asuhan, rumah sakit), fasilitas
bisnis (mall, pameran, restoran, pabrik, sawah, perkebunan), dan fasilitas
teknologi dan informasi (internet dan audiovisual).
5.
Legalitas Homeschooling
Dasar penyelenggaraan homeschooling di antaranya adalah UU
No. 20 Th. 2003 tentang Sisdiknas, terutama pasal 27 yang berbunyi: (1) Kegiatan
pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri. (2) Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta
didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
6.
Penyetaraan Homeschooling
Kegiatan homeschooling perlu dilaporkan ke Dinas Pendidikan
setempat agar peserta homeschooling mendapat ijazah resmi dari pemerintah.Untuk
ijazah SD adalah Paket A, SMP Paket B, dan SMA Paket C. Sistem ujiannya adalah
melalui ujian nasional kesetaraan.
Jika di sekolah formal ada BOS, di homeschooling ada BOP
(Bantuan Operasional Pendidikan), yakni: untuk Paket A bantuan warga belajar
sebesar Rp. 238rb+Rp.74rb (modul/bahan ajar); Paket B Rp. 260rb+Rp.80rb; dan
Paket C Rp. 285rb+84rb.
D.
Home
Schooling Jenis & Subyek Pengajarannya
Banyak
orang tua yang ingin memberikan homeschooling kepada anaknya tapi tidak tahu
apa yang harus dilakukan karena berbagai sumber yang simpang siur.
Tetapi paling tidak
dari artikel ini akan mendapat sedikit gambaran tentang beberapa macam
homeschooling dan bagaimana menentukan subyek pembelajaran untuk anak.
Homeschooling dibagi menjadi beberapa
jenis, yaitu:
1. Homeschooling
tunggal
Adalah
homeschooling yang dilaksanakan oleh orang tua dalam suatu keluarga tanpa
bergabung dengan yang lainnya. Biasanya homeschooling jenis ini diterapkan
karena adanya tujuan atau alasan khusus yang tidak dapat diketahui atau
dikompromikan dengan komunitas homeschooling lainnya. Tetapi tanpa alasan dan
tujuan khusus homeschooling tunggal juga bisa diterapkan di rumah.
2. Homeschooling majemuk
Adalah
homeschooling yang dilaksanakan oleh dua keluarga atau lebih untuk kegiatan
tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilakukan oleh orang tua masing-masing.
Alasannya terdapat kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa
keluarga untuk melakukan kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari konsorsium,
kegiatan olah raga (misalnya keluarga atlit tenis), keahlian musik/ seni,
kegiatan sosial dan kegiatan keagamaan.
3. Komunitas homeschooling
Adalah
gabungan dari beberapa homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan
silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah raga, musik/ seni, dan bahasa),
sarana/ prasarana, dan jadwal pembelajaran. Komitmen penyelenggaraan antara
orang tua dan komunitasnya kurang lebih 50:50.
4. Subyek
Pengajaran
Dalam
menjalankan homeschooling yang paling
memusingkan orang tua adalah menentukan subyek apa yang perlu diajarkan ke anak
15 menit-1 jam per-hari itu? Matt James, seorang dokter, homeschool 4 anak dan
penulis buku “homeschooling odyssey” memberi tips untuk memberikan subyek yang
kira-kira tidak bisa dikuasai anak secara alami. Misalnya, grammar, spelling,
dan aritmatika.
Garis
bawahnya adalah ‘yang kira-kira tidak bisa dikuasai anak’. Jika hal tersebut
menjadi prioritas maka setiap anak akan mendapat subyek yang berbeda-beda..
Misalnya, Ada anak yang bisa belajar matematika dengan sendirinya, ada anak
yang perlu bantuan.
E. Kurikulum Homeschooling
Homeschooling, dapat menggunakan berbagai kurikulum. Kurikulum nasional yang digunakan
berupa kurikulum pendidikan formal atau kurikulum pendidikan kesetaraan.
Kemudian dimodifikasi dengan beberapa bidang kurikulum yang menjadi minat,
potensi, dan kebutuhan yang ingin dikembangkan, misalnya anak ingin
mengembangkan minatnya dalam bermain musik maka dalam kurikulum dapat
ditambahkan kegiatan bermain musik menjadi bagian dalam fokus pendidikan
atau homeschooling untuk keluarga atlit dapat menambahkan
kurikulum kegiatan berolah raga lebih banyak disela-sela pelaksanaan bidang
pendidikan yang lain.
Kurikulum lain yang dapat digunakan
adalah kurikulum yang berasal dari luar negeri. Kurikulum ini biasanya sudah
disiapkan langsung dengan paket lembar kerja, buku bacaan, lembar evaluasi, dan
materi dalam satu tahun.Orang tua dapat membeli paket kurikulum ini dengan
harga tertentu. Di Indonesia paket kurikulum seperti ini sudah
dirancang/disusun oleh komunitas sekolahrumah milik kak seto ”Asah Pena”.
Modul, lembar kerja, lembar evaluasi dan materi telah disediakan, jadwal
pertemuan antar orang tua dan pihak komunitas juga telah dirancang selama
beberapa periode. Adapun tujuannya adalah agar mutu pendidikan setiap homeschooling yang
tergabung dalam komunitas tersebut dapat terpantau dan tetap terjaga
kualitasnya
F.
Dampak
Positif Homeschooling
Telah
kita ketahui sebelumnya bahwa homeschooling adalah sekolah rumah yang cukup
berbeda dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya. Homeschooling adalah
sekolah yang dilakukan di rumah atau langsung pada lingkungan yang ada.
Homeschoolingbiasanya dilakukan dengan jumlah siswa yang tidak banyak.
Homeschooling mendidik langsung pada obyek dan kenyataan yang ada dalam hidup.
Lebih jelasnya adalah dengan obyek kehidupan yang nyata yang bisa langsung
dirasakan atau dilihat oleh peserta didik.
Pendidikan
homeschooling ini adalah sarana pendidikan yang mandiri. Pendidikan yang
mengupayakan peserta didik belajar secara aktif dan memiliki pengendalian diri.
Peserta didik mampu memiliki kepribadian yang tangguh, akhlak yang mulia, dan
keterampilan-keterampilan yang diinginkan dan dibutuhkan oleh peserta didik
serta masyarakat. Homeschooling ini merupakan pendidikan yang dapat
menyesuaikan kondisi dan kebutuhan anak dan keluarga. Karena dengan sistem
pengajaran yang terpusat pada seorang siswa, pembimbing mampu dengan mudah
memahami karakter anak dan mampu membuat strategi-strategi yang sesuai untuk
anak. Hal ini dilakukan agar anak mampu menerima dan memahami sebuah pelajaran
dengan seksama. Jika seorang anak tidak memahami dengan apa yang diajarkan
pendidik, anak bisa langsung menanyakan atau bahkan mencari tahu apa yang
dimaksud oleh pendidik. Dengan demikian seorang anak mampu memahami secara
mendalam tentang pelajaran tersebut dan pengetahuan tersebut dapat melekat
dalam pribadinya.
Peserta didik
homeschooling bisa lebih mandiri karena anak didik cenderung belajar sendiri
dan menemukan sesuatu sendiri dengan bantuan pendidik. Peserta didik mencari
tahu segala sesuatu yang ingin diketahuinya. Peserta didik memilih apa yang
disukainya dan apa yang tidak disukainya.
Peserta didik bisa memiliki potensi yang
lebih besar, karena dia tidak terikat dengan standar-standar sekolah yang
diatur oleh pemerintah. Di homeschooling peserta didik lebih bebas berkreasi,
karena peserta didik dapat melakukan apa yang dia inginkan yang tentunya itu adalah
mendidik peserta didik tersebut dan mampu menambah wawasan peserta didik.
Dengan
cara kerja homeschooling yang mendidik siswa untuk mandiri, berkreatifitas
tinggi, dan mempelajari kehidupan yang secara langsung, maka siswa bisa lebih
siap terjun kedalam dunia nyata. Hal ini karena peserta didik memperoleh sebuah
pelajaran yang secara langsung menyangkut kehidupan sehari-hari.
Homeschooling
ini cenderung membuat peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan orang yang
lebih tua dan cenderung terlindungi dari pergaulan bebas atau pergaulan yang
tidak sesuai dengan norma, karena peserta didik belajar tidak dengan banyak
orang. Peserta didik lebih tertutup dengan pergaulan diluar sana. Peserta didik
belajar secara individu dan tidak terkontaminasi dengan kehidupan bebas di luar
sana. Peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan orang yang lebih tua dari
diri mereka, karena di dalam pembelajarannya peserta didik lebih banyak
berkomunikasi dengan orang-orang yang lebih tua dari mereka untuk menambah
pengetahuannya sesuai dengan apa yang dia inginkan.
Selain
itu homeschooling ini bersifat ekonomis. Dapat disesuaikan dengan kemampuan
keluarga. Karena segala biaya dan kebutuhan diatur oleh keluarga itu sendiri,
sehingga keluarga dapat menentukan apa saja yang mereka perlukan.
Homeschooling
tidak menuntut orang tua untuk serba tahu. Karena pembelajaranhomeschooling
dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Anak dapat
belajar tentang sesuatu yang ingin diketahuinya dengan mencari tahu hal tersebut
sendiri maupun dengan bantuan orang lain.
G.
Dampak Negatif Homeschooling
Di
dunia ini tidak ada yang sempurna. Demikian juga dengan pendidikan anak. Tidak
ada yang mampu memeberikan pendidikan yang selalu berdampak positif. Setiap
jalur pendidikan tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh
karena, itu kita tidak bisa menilai bahwa jalur-jalur tertentu adalah jalur
yang selalu baik dan tidak memiliki dampak yang negatif. Sehingga orang tua
hanya bisa memilih jalur yang mereka anggap terbaik untuk mereka dan anak
mereka.
Selain
memiliki kelebihan, homeschooling juga memiliki kekurangan.
Misalnya peserta didik dari homeschooling ini harus memiliki
komitmen yang kuat antara siswa dengan pendidik tentang apa yang akan
dipelajarinya, waktu-waktu dalam pembelajaran kapan saja, sarana-sarana apa
yang ingin disediakan, situasi apa yang diinginkan, metode seperti apa yang
disenangi peserta didik, dan lain sebagainya. Salah satu kekurangan
yang paling menonjol dari homeschooling adalah anak
tidak bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.
Selain
itu dalam homeschooling sangat menuntut peran orang tua dalam
mendidik anak. Tanpa ada dukungan orang tua, pendidikan anak akan terasa
percuma. Orang tua perlu memperhatikan karakter anak, perkembangan dari anak,
dan keinginan anak. Hal ini bertujuan agar orang tua mampu berperan dengan baik
dalam perkembangan anak.
Dalam homeschooling,
orang tua tentu cenderung melindungi buah hatinya. Namun perlindungan orang tua
yang cenderung berlebihan ini justru membuat anak menjadi sulit dalam
menyelesaikan masalahnya sendiri. Anak akan memiliki kemampuan yang terbatas
dalam menyelesaikan masalah-masalah sosialnya yang tidak dipikirkan sebelumnya,
karena anak kurang memiliki pergaulan dengan anak-anak yang seusianya, dan dia
telah terbiasa memiliki perlindungan lebih dari orang tuanya.
Dengan
adanya interaksi dengan orang yang lebih tua saja, membuat anak menjadi sulit
dalam bersosialisasi dengan orang yang seusianya. Anak hanya mampu berinteraksi
baik dengan orang yang lebih tua darinya namun tidak mampu berinteraksi dengan
baik dengan teman-teman sebayanya.
Anak
menjadi tidak mampu bekerja dalam tim karena kecenderungannya yang bekerja
secara individu. Anak telah dididik secara mandiri dan secara individu membuat
anak menjadi susah dalam bekerja sama. Anak hanya memiliki pergaulan dengan
orang tua atau pembimbingnya saja. Homeschooling membuat anak
tidak memiliki wawasan yang luas dalam artian si anak menjadi kurang pergaulan.
Karena anak tertutup dengan pergaulan yang bebas diluar sana.
H.
Kelebihan
dan Kekurangan Home schooling
Kita dapat menyebutkan
kelebihan Home Schooling, antara lain ; adaptable, artinya sesuai dengan
kebutuhan anak dan kondisi keluarga; mandiri artinya lebih memberikan peluang
kemandirian dan kreativitas individual yang tidak didapatkan di sekolah umum;
potensi yang maksimal, dapat memaksimalkan potensi anak, tanpa harus mengikuti
standar waktu yang ditetapkan sekolah; siap terjun pada dunia nyata, output
sekolah rumah lebih siap terjun pada dunia nyata karena proses pembelajarannya
berdasarkan kegiatan sehari-hari yang ada di sekitarnya; terlindung dari
pergaulan menyimpang. Ada kesesuaian pertumbuhan anak dengan keluarga. Relatif
terlindung dari hamparan nilai dan pergaulan dan menyimpang (tawuran, narkoba,
konsumerisme, pornografi, mencontek dan sebagainya); ekonomis, biaya pendidikan
dapat menyesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga.
Di
sisi lain, Home Schooling mempunyai kelemahan-kelemahan yang dapt disebutkan
berikut ini; membutuhkan komitmen dan tanggung jawab tinggi dari orang tua;
memiliki kompleksitas yang lebih tinggi karena orang tua harus bertanggung
jawab atas keseluruhyan proses pendidikan anak; keterampilan dan dinamika
bersosialisasi dengan teman sebaya relatif rendah; ada resiko kurangnya
kemampuan bekerja dalam tim (team work), organisasi dan kepemimpinan; proteksi
berlebihan dari orang tua dapat memberikan efek samping ketidakmampuan
menyelesaikan situasi dan masalah sosial yang kompleks yang tidak terprediksi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Home Schooling merupakan sebuah pilihan
dan khazanah alternatif pendidikan bagi orang tua dalam meningkatkan mutu
pendidikan, mengembangkan nilai iman (agama), dan menginginkan suasana belajar
yang lebih menyenangkan. Di sini lain, ada sekolah umum yang memberikan bahan
ajar dan kurikulum secara terpusat dan seragam, sesuai dengan harapan dan
kebutuhan anak,.
Baik Home Schooling
maupun sekolah umum (pendidikan formal) sama-sama mempunyai kelebihan dan
kekurangan dalam mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan. Soal
pilihan atas keduanya, semua diserahkan pada orang tua dan keluarga sesuai
dengan kondisi keluarga.
B.
Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini, maka penyusun sangat
mengarapkan respon dari para teman – teman mahasiswa ataupun dari dosen dan
saran konstruktif dari siapapun datangnya, demi perbaikan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat adanya, khususnya bagi penyusun sendiri, dan
umumnya para pembaca lainnya. Amin ya robbal a’lamiiin
DAFTAR
PUSTAKA
Amanyaulady.wordpress.com/2010/09/10.
Jenis dan Subjek Home Schooling. [online]. Tersedia:http://www.octomegazine.com.
(14 oktober 2012)
Arikunto,
Indra. 2011. Memilih Home Schooling. [online]. Tersedia:
http://www.edukasi.kompas.com. (16 Maret 2012)
RhinastarOf.Wordpress.com/2010/12/01.
Dampak Negatif dan Positif Home Schooling. [online]. Tersedia:
http://www.bundazone.com. (16 Maret 2012)
Simbolon,
Pormadi. 2007. Home Schooling : Sebuah Pendidikan Alternatif. [online].
Tersedia:http://www.pormadi.wordpress.com. (15 Maret 2012)
Sumardiono.
2007. Home Schooling A Lear For Better Learning. [online].
Tersedia:http://www.sumardiono.com. (15 Maret 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar