Minggu, 14 September 2014

Book Report: Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian

BOOK REPORT
FILSAFAT ILMU DAN METODE PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata kuliah : Metodologi Studi Islam
Dosen : Saifuddin, M.Ag





Disusun Oleh :

Vivi Sophie Elfada (14111610113)

Tadris IPA-Biologi 1 B

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( I A I N )
SYEKH NURJATI CIREBON
2011


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahNya saya dapat menyelesaikan book report yang berjudul “Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian edisi revisi”.
            Saya merasa perlu mengucapkan terimakasih kepada:
  1. Bapak Saifuddin, M.ag selaku pengajar mata kuliah Metodologi Studi Islam dan selaku pembimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
  2. Orang tua yang telah memberi dukungan dan memfasilitasi kebutuhan kami khususnya dalam menyelesaikan makalah ini.
  3. Teman-teman yang selalu memberi dukungan kepada kami sehingga tersusunlah makalah ini.

Dalam menulis book report ini saya masih merasa memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang sekiranya dapat mengarahkan saya untuk berbuat yang lebih baik sangat saya harapkan. Saya pun berharap book report yang saya susun dapat bermanfaat khususnya bagi saya sendiri dan umumnya bagi pembaca.



Cirebon, November 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................          i
Kata Pengantar ................................................................................          ii
Dafatar Isi .......................................................................................          iii
A.    Pendahuluan .....................................................................................          1
B.     Rumusan Masalah.............................................................................          1
C.     Resume Buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian .......................          2
D.    Gagasan Briliance Penulis Buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian        7         
E.     Analisa Keunggulan dan Kekurangan Buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian    9
F.      Penutup ..........................................................................................          9











A.      Pendahuluan

Metodologi Studi Islam didalamnya terdapat kajian tentang filsafat ilmu. Masyarakat umunya mengenal filsafat sebagai pemikiran mendalam terhadap suatu hal. Segala hal di tinjau dari pemikiran akal yang logis. Berarti, filsafat ilmu merupakan pemikirn mendalam dalam lingkup ilmu.  Namun, bagaimanakah filsafat ilmu yang sebenarnya? Bagaimanakah keterkaitan filsafat ilmu dengan metode penelitian?  Hal ini memicu Saya tertarik untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang tentang filsafat ilmu sehingga Saya memilih buku yang bertema filsafat ilmu untuk di jadikan sebagai book report. Buku yang Saya pilih berjudul “Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian edisi revisi”. Buku ini adalah buah karya dari Dr.Ir. Soetriono dan SRDm Rita Hanafie yang diterbitkan oleh penerbit ANDI.  


B.       Rumusan Masalah

Pembahasan dalam book report ini perlu dibatasi guna untuk tercapainya sasaran tujuan, yaitu membedah buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Rumusan masalah tersebut yaitu sebagai berikut:
1.      Resume  Pembahasan Buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian.
2.      Gagasan Brilliance Penulis Buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian.
3.      Analisa Keunggulan dan Kekurangan Buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian.








C.      Resume Buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian

Ilmu filsafat merupakan induk dari ilmu. Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari 2 cabang utamaa, yakni filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang kedalam cabang ilmu-ilmu sosial (social sciences). Selanjutnya ilmu-ilmu alam membagi diri menjadi 2 kelompok lagi, yakni ilmu alam (physical sciences) dan ilmu hayat (biological sciences).
Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna dalam memahami alam sekitarnya terjadi proses yang bertingkat dari pengetahuan (sebagai hasil tahu manusia), ilmu dan filsafat. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan "what", misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya.
Sedangkan ilmu (science) bukan sekedar menjawab "what" melainkan akan menjawab pertanyaan "why" dan "how", misalnya mengapa air mendidih bila dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernapas, dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. Tetapi ilmu dapat menjawab mengapa dan bagaimana sesuatu tersebut terjadi.
Apabila pengetahuan itu mempunyai sasaran tertentu, mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan diakui secara universal maka terbentuklah disiplin ilmu.
Dengan perkataan lain, pengetahuan itu dapat berkembang menjadi ilmu apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
a.    Mempunyai objek kajian.
b.    Mempunyai metode pendekatan.
c.    Bersifat universal (mendapat pengakuan secara umum).
Sedangkan filsafat adalah suatu ilmu yang kajiannya tidak hanya terbatas pada fakta-fakta saja melainkan sampai jauh diluar fakta sampai batas kemampuan logika manusia. Ilmu mengkaji kebenaran dengan bukti logika atau jalan pikiran manusia.
Dengan perkataan lain, batas kajian ilmu adalah fakta sedangkan batas kajian filsafat adalah logika atau daya pikir manusia. Ilmu menjawab pertanyaan "why" dan "how" sedangkan filsafat menjawab pertanyaan "why, why, dan why" dan seterusnya sampai jawaban paling akhir yang dapat diberikan oleh pikiran atau budi manusia.
Dalam perkembangan filsafat menjadi ilmu terdapat taraf peralihan. Dalam taraf peralihan ini maka bidang pengkajian filsafat menjadi lebih sempit, tidak lagi menyeluruh melainkan sektoral. Disini orang tidak lagi mempermasalahkan moral secara keseluruhan melainkan mengaitkannya dengan kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kemudian berkembang menjadi ilmu ekonomi.
Namun demikian dengan taraf ini secara konseptual ilmu masih mendasarkan diri pada norma-norma filsafat. Misalnya ekonomi masih merupakan penerapan etika (appliet ethics) dalam kegiatan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Metode yang dipakai adalah normatif dan deduktif (berpikir dari hal-hal yang umum kepada yang bersifat khusus) berdasarkan asas-asas moral yang filsafat.
Pada tahap selanjutnya ilmu menyatakan dirinya otonom dari konsep-konsep filsafat dan bertumpu sepenuhnya pada hakekat alam sebagaimana adanya. Pada tahap peralihan, ilmu masih mendasari diri pada norma yang seharusnya sedangkan dalam tahap terakhir ilmu didasarkan atas penemuan-penemuan.
Sehingga dalam menyusun teori-teori ilmu pengetahuan tentang alam dan isinya ini maka manusia tidak lagi mempergunakan metode yang bersifat normatif dan deduktif melainkan kombinasi antara deduktif dan induktif (berpikir dari hal-hal yang bersifat khusus kepada hal-hal yang bersifat umum) dengan jembatan yang berupa pengujian hipotesis.
Selanjutnya proses ini dikenal sebagai metoda deducto hipotetico-verivikatif dan metode ini dipakai sebagai dasar pengembangan metode ilmiah yang lebih dikenal dengan metode penelitian. Selanjutnya melalui atau menggunakan metode ilmiah ini akan menghasilkan ilmu.
August Comte (1798-1857) membagi 3 tingkat perkembangan ilmu pengetahuan tersebut diatas kedalam tahap religius, metafisik, dan positif. Hal ini dimaksudkan dalam tahap pertama maka asas religilah yang dijadikan postulat atau dalil ilmiah sehingga ilmu merupakan deduksi atau penjabaran dari ajaran religi (deducto).
Dalam tahap kedua, orang mulai berspekulasi, berasumsi, atau membuat hipotesis-hipotesis tentang metafisika (keberadaan) ujud yang menjadi objek penelaahaan yang terbatas dari dogma religi dan mengembangkan sistem pengetahuan berdasarkan postulat metafisika tersebut (hipotetico). Sedangkan tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah dimana asas-asas yang dipergunakan diuji secara positif dalam proses verivikasi yang objektif (verivikatif).
Filsafat ilmu merupakan kajian atau telaah secara mendalam terhadap hakekat ilmu. Oleh sebab itu, filsafat ilmu ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakekat ilmu tersebut, seperti :
a.    Objek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud hakiki objek tersebut ? Bagaimana hubungan objek dengan daya tangkap manusia (misalnya berpikir, merasa, mengindera) ?
b.    Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu ? Bagaimana prosedurnya ? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar ? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri ? Apa kriterianya ? Cara, teknik, atau sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu ?
c.    Untuk apa ilmu itu dipergunakan ? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dan kaidah-kaidah moral ? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana hubungan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dan norma-norma moral / profesional ?
Ketiga kelompok pertanyaan tersebut merupakan landasan-landasan ilmu, yakni kelompok pertama merupakan landasan ontologi, kelompok kedua merupakan landasan epistemologi, dan kelompok yang terakhir merupakan landasan aksiologis. Secara singkat uraian landasan ilmu itu adalah sebagai berikut :
a.       Landasan ontologis adalah tentang objek yang ditelaah ilmu. Hal ini berarti tiap ilmu harus mempunyai objek penelaahan yang jelas. Karena diversivikasi ilmu terjadi atas dasar spesifikasi objek telaahannya maka tiap disiplin ilmu mempunyai landasan ontologi yang berbeda.
b.      Landasan epistemologi adalah cara yang digunakan untuk mengkaji atau menelaah sehingga diperolehnya ilmu tersebut. Secara umum, metode ilmiah pada dasarnya untuk semua disiplin ilmu yaitu berupa proses kegiatan induksi-deduksi-verivikasi seperti telah diuraikan diatas.
c.       Landasan aksiologi adalah berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Dengan perkataan lain, apa yang dapat disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu serta membagi peningkatan kualitas hidup manusia.
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah maka sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ini seyogyanya kita telah menguasai langkah-langkah dalam kegiatan langkah tersebut.
Dengan jalan ini maka kita akan sampai pada hakekat sarana yang sebenarnya sebab sarana merupakan alat yang membantu dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain, sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh.
Dalam proses pendidikan, sarana berpikir ilmiah ini merupakan bidang studi tersendiri. Dalam hal ini kita harus memperhatikan 2 hal, yaitu :
a.    Sarana ilmiah bukan merupakan kumpulan ilmu, dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Seperti diketahui, salah satu diantara ciri-ciri ilmu umpamanya adalah penggunaan induksi dan deduksi dalam mendapatkan pengetahuan. Sarana berpikir ilmiah tidak mempergunakan cara ini dalam mendapatkan pengetahuannya. Secara lebih jelas dapat dikatakan bahwa ilmu mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuaannya yang berbeda dengan sarana berpikir ilmiah.
b.    Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah kita sehari-hari. Dalam hal ini maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah.
Jelaslah bahwa mengapa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuaannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dan bahkan merupakan ilmu tersendiri.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dan untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.
Dilihat dari pola berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif. Untuk itu maka penalaran ilmiah menyandarkan diri pada proses logika deduktif dan induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif ini sedangkan statistik mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.
Proses pengujian dalam kegiatan ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk menolak atau menerima hipotesis yang diajukan. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berpikir ini dengan baik pula.

D.      Gagasan Brilliance Penulis Buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian
Ilmu dan pengetahuan merupakan dua istilah yang berbeda. Soetriono dan SRDm Rita Hanafie mengemukakan bahwa ilmu adalah pengetahuan tetapi tidak semua pengetahuan adalah ilmu. Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas yang hakiki dan universal. Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang menjelaskan kausalitas dari suatu objek menurut metode tertentu yang merupakan suatu kesatuan sistematis
Ada tiga sifat dasar yang melekat pada ilmu: (1) ilmu menjelajah dunia empirik tanpa batas sejauh dapat ditangkap oleh panca indera (dan indera yang lain), (2) tingkat kebenarannya relatif dan tidak sampai kepada tingkat kebenaran yang mutlak, (3) ilmu menemukan proposisi-proposisi (hubungan sebab akibat) yang teruji secara empirik.
Melalui penelaahan yang terus menerus, ilmu akan sampai pada hubungan-hubungan yang merupakan hasil akhir dari ilmu. Hubungan-hubungan yang didukung oleh data empirik disebut fakta. Ilmu merupakan fakta dan jalinan fakta secara utuh membentuk teori.
Terdapat jalinan yang kuat antara fakta dengan teori. Fakta mempunyai peran dalam pijakan, formulasi, dan penjelasan teori. Soetriono dan SRDm Rita Hanafie merinci keterkaitan keduanya sebagai yang berikut:
a.       Fakta memulai teori: teori berpijak pada satu – dua fakta hasil penemuan, kadang-kadang tidak disengaja.
b.      Fakta menolak dan mereformasi teori yang telah ada: bila ada fakta yang belum terlejaskan oleh teori, kita dapat menolak atau pun mereformasi teori itu sedemikian rupa sehingga dapat terjelaskan fakta tersebut.
c.       Facts redefine and clarify theory: fakta dapat mendefinisikan atau memperjelas kembali definisi-definisi yang ada dalam teori.
Soetriono dan SRDm Rita Hanafie (halaman 143) mengemukakan peran teori dalam pengembangan ilmu. Ada lima peran yang mereka kemukakan, yaitu
a.       Teori sebagai orientasi: ilmuwan dapat mempersempit cakupan yang akan ditelaah.
b.      Teori sebagai konseptual dan klasifikasi: dapat memberikan petunjuk tentang kejelasan hubungan antara konsep-konsep dan fenomena atas dasar klasifikasi tertentu.
c.       Teori sebagai generalisasi: memberikan rangkuman terhadap generalisasi empirik dan antar hubungan dari berbagai proposisi.
d.      Teori sebagai peramal fakta: membuat prediksi tentang adanya fakta dengan cara membuat ekstrapolasi dari yang sudah diketahui kepada yang belum diketahui.
e.       Theory points to gap in our knowledge: menunjukkan adanya kesenjangan dalam pengetahuan kita. Ahli teori tidak dapat secara lengkap menyusun teori yang telah menjadi pengetahuan. Tebuka kesempatan untuk menutupi kesenjangan melalui melengkapi, menjelaskan, dan mempertajam.


E.       Analisa Keunggulan dan Kekurangan Buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian

·         Keunggulan
Keunggulan buku “Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian” yaitu dapat dijadikan sebagai referensi salah satu upaya mencari ilmu pengetahuan yang benar. Buku ini disajikan secara sederhana. Kajian utama buku ini adalah memberikan bekal dalam perancangan riset yang didasari oleh fundamental filsafat ilmu yang masih diakui kebenarannya sampai sekarang. Berakar pada filsafat ilmu dan metodologi penelitian guna mencari ilmu pengetahuan yang benar, buku ini membahas paradigma filsafat, berpikir filsafat, self, metodologi, pengetahuan dan moral, dasar penelitian, metode ilmiah, dan pengukuran skala.

·         Kekurangan
Buku ini tidak menunjukkan kekurangan yang sangat mencolok, karena pembahasan dalam buku ini sudahlah tepat sasaran, yaitu membahas kajian lingkup filsafat ilmu dan metode-metode yang dikemukakan dalam melakukan penelitian ataupun riset. Hanya saja bahasa yang digunakan agak sulit untuk dicerna, biasanya dapat langsung dipahami oleh kalangan pelajar mahasiswa dan kalangan tingkat di atasnya, karena memang pada dasarnya sasaran buku ini adalah untuk orang ingin melakukan sebuah penelitian.

F.       Penutup

Buku “Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian” ini sangat sempurna bagi kalangan pelajar mahasiswa dan kalangan di atasnya. Dapat dijadikan sebagai referensi karena didalamnya memuat materi-materi yang lengkap mengenai pemikiran mendalam tentang ilmu dan metodologi penelitian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar