BOOK REPORT
FILSAFAT ILMU DAN METODE PENELITIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata kuliah : Metodologi Studi Islam
Dosen : Saifuddin, M.Ag
Disusun Oleh :
Vivi Sophie Elfada (14111610113)
Tadris IPA-Biologi 1 B
KEMENTERIAN AGAMA
REPUBLIK INDONESIA
INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( I A I N )
SYEKH NURJATI CIREBON
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT
karena berkat rahmat dan hidayahNya saya dapat menyelesaikan book report yang berjudul “Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian
edisi revisi”.
Saya merasa perlu mengucapkan
terimakasih kepada:
- Bapak Saifuddin, M.ag selaku pengajar mata
kuliah Metodologi Studi Islam dan selaku pembimbing kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
- Orang tua yang telah memberi dukungan dan
memfasilitasi kebutuhan kami khususnya dalam menyelesaikan makalah ini.
- Teman-teman yang selalu memberi dukungan
kepada kami sehingga tersusunlah makalah ini.
Dalam menulis book report ini saya masih merasa memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang sekiranya dapat mengarahkan saya
untuk berbuat yang lebih baik sangat saya harapkan. Saya pun berharap book report yang saya susun dapat
bermanfaat khususnya bagi saya sendiri dan umumnya bagi pembaca.
Cirebon,
November 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul .................................................................................. i
Kata
Pengantar ................................................................................ ii
Dafatar
Isi ....................................................................................... iii
A. Pendahuluan
..................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah............................................................................. 1
C. Resume
Buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian ....................... 2
D. Gagasan
Briliance Penulis Buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian 7
E. Analisa
Keunggulan dan Kekurangan Buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian 9
F. Penutup .......................................................................................... 9
A.
Pendahuluan
Metodologi
Studi Islam didalamnya terdapat kajian tentang filsafat ilmu. Masyarakat umunya
mengenal filsafat sebagai pemikiran mendalam terhadap suatu hal. Segala hal di
tinjau dari pemikiran akal yang logis. Berarti, filsafat ilmu merupakan
pemikirn mendalam dalam lingkup ilmu. Namun,
bagaimanakah filsafat ilmu yang sebenarnya? Bagaimanakah keterkaitan filsafat ilmu
dengan metode penelitian? Hal ini memicu
Saya tertarik untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang tentang filsafat ilmu sehingga
Saya memilih buku yang bertema filsafat ilmu untuk di jadikan sebagai book report. Buku yang Saya pilih
berjudul “Filsafat Ilmu dan Metodologi
Penelitian edisi revisi”. Buku ini adalah buah karya dari Dr.Ir. Soetriono
dan SRDm Rita Hanafie yang diterbitkan oleh penerbit ANDI.
B.
Rumusan
Masalah
Pembahasan
dalam book report ini perlu dibatasi
guna untuk tercapainya sasaran tujuan, yaitu membedah buku Filsafat Ilmu dan
Metodologi Penelitian. Rumusan masalah tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Resume Pembahasan Buku Filsafat Ilmu dan Metodologi
Penelitian.
2. Gagasan
Brilliance Penulis Buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian.
3. Analisa
Keunggulan dan Kekurangan Buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian.
C.
Resume
Buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian
Ilmu filsafat merupakan induk dari
ilmu. Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari 2 cabang
utamaa, yakni filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam
(natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang kedalam cabang
ilmu-ilmu sosial (social sciences). Selanjutnya ilmu-ilmu alam membagi diri
menjadi 2 kelompok lagi, yakni ilmu alam (physical sciences) dan ilmu hayat
(biological sciences).
Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang
sempurna dalam memahami alam sekitarnya terjadi proses yang bertingkat dari
pengetahuan (sebagai hasil tahu manusia), ilmu dan filsafat. Pengetahuan
(knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan
"what", misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya.
Sedangkan ilmu (science) bukan
sekedar menjawab "what" melainkan akan menjawab pertanyaan
"why" dan "how", misalnya mengapa air mendidih bila
dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernapas, dan sebagainya.
Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. Tetapi ilmu dapat
menjawab mengapa dan bagaimana sesuatu tersebut terjadi.
Apabila pengetahuan itu mempunyai
sasaran tertentu, mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek
tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan
diakui secara universal maka terbentuklah disiplin ilmu.
Dengan perkataan lain, pengetahuan
itu dapat berkembang menjadi ilmu apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Mempunyai objek kajian.
b. Mempunyai metode pendekatan.
c. Bersifat universal (mendapat
pengakuan secara umum).
Sedangkan filsafat adalah suatu ilmu
yang kajiannya tidak hanya terbatas pada fakta-fakta saja melainkan sampai jauh
diluar fakta sampai batas kemampuan logika manusia. Ilmu mengkaji kebenaran
dengan bukti logika atau jalan pikiran manusia.
Dengan perkataan lain, batas kajian
ilmu adalah fakta sedangkan batas kajian filsafat adalah logika atau daya pikir
manusia. Ilmu menjawab pertanyaan "why" dan "how" sedangkan
filsafat menjawab pertanyaan "why, why, dan why" dan seterusnya
sampai jawaban paling akhir yang dapat diberikan oleh pikiran atau budi
manusia.
Dalam perkembangan filsafat menjadi
ilmu terdapat taraf peralihan. Dalam taraf peralihan ini maka bidang pengkajian
filsafat menjadi lebih sempit, tidak lagi menyeluruh melainkan sektoral. Disini
orang tidak lagi mempermasalahkan moral secara keseluruhan melainkan
mengaitkannya dengan kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang
kemudian berkembang menjadi ilmu ekonomi.
Namun demikian dengan taraf ini
secara konseptual ilmu masih mendasarkan diri pada norma-norma filsafat.
Misalnya ekonomi masih merupakan penerapan etika (appliet ethics) dalam
kegiatan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Metode yang dipakai adalah
normatif dan deduktif (berpikir dari hal-hal yang umum kepada yang bersifat
khusus) berdasarkan asas-asas moral yang filsafat.
Pada tahap selanjutnya ilmu
menyatakan dirinya otonom dari konsep-konsep filsafat dan bertumpu sepenuhnya
pada hakekat alam sebagaimana adanya. Pada tahap peralihan, ilmu masih
mendasari diri pada norma yang seharusnya sedangkan dalam tahap terakhir ilmu
didasarkan atas penemuan-penemuan.
Sehingga dalam menyusun teori-teori
ilmu pengetahuan tentang alam dan isinya ini maka manusia tidak lagi
mempergunakan metode yang bersifat normatif dan deduktif melainkan kombinasi
antara deduktif dan induktif (berpikir dari hal-hal yang bersifat khusus kepada
hal-hal yang bersifat umum) dengan jembatan yang berupa pengujian hipotesis.
Selanjutnya proses ini dikenal
sebagai metoda deducto hipotetico-verivikatif dan metode ini dipakai sebagai
dasar pengembangan metode ilmiah yang lebih dikenal dengan metode penelitian.
Selanjutnya melalui atau menggunakan metode ilmiah ini akan menghasilkan ilmu.
August Comte (1798-1857) membagi 3
tingkat perkembangan ilmu pengetahuan tersebut diatas kedalam tahap religius,
metafisik, dan positif. Hal ini dimaksudkan dalam tahap pertama maka asas
religilah yang dijadikan postulat atau dalil ilmiah sehingga ilmu merupakan
deduksi atau penjabaran dari ajaran religi (deducto).
Dalam tahap kedua, orang mulai
berspekulasi, berasumsi, atau membuat hipotesis-hipotesis tentang metafisika
(keberadaan) ujud yang menjadi objek penelaahaan yang terbatas dari dogma
religi dan mengembangkan sistem pengetahuan berdasarkan postulat metafisika
tersebut (hipotetico). Sedangkan tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah
dimana asas-asas yang dipergunakan diuji secara positif dalam proses verivikasi
yang objektif (verivikatif).
Filsafat ilmu merupakan kajian atau
telaah secara mendalam terhadap hakekat ilmu. Oleh sebab itu, filsafat ilmu
ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakekat ilmu tersebut, seperti :
a. Objek apa yang ditelaah ilmu ?
Bagaimana ujud hakiki objek tersebut ? Bagaimana hubungan objek dengan daya
tangkap manusia (misalnya berpikir, merasa, mengindera) ?
b. Bagaimana proses yang memungkinkan
ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu ? Bagaimana prosedurnya ? Hal-hal apa
yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar ? Apa yang
disebut kebenaran itu sendiri ? Apa kriterianya ? Cara, teknik, atau sarana apa
yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu ?
c. Untuk apa ilmu itu dipergunakan ?
Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dan kaidah-kaidah moral ?
Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ?
Bagaimana hubungan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi
metode ilmiah dan norma-norma moral / profesional ?
Ketiga kelompok pertanyaan tersebut merupakan
landasan-landasan ilmu, yakni kelompok pertama merupakan landasan ontologi,
kelompok kedua merupakan landasan epistemologi, dan kelompok yang terakhir
merupakan landasan aksiologis. Secara singkat uraian landasan ilmu itu adalah
sebagai berikut :
a. Landasan ontologis adalah tentang
objek yang ditelaah ilmu. Hal ini berarti tiap ilmu harus mempunyai objek
penelaahan yang jelas. Karena diversivikasi ilmu terjadi atas dasar spesifikasi
objek telaahannya maka tiap disiplin ilmu mempunyai landasan ontologi yang
berbeda.
b. Landasan epistemologi adalah cara
yang digunakan untuk mengkaji atau menelaah sehingga diperolehnya ilmu
tersebut. Secara umum, metode ilmiah pada dasarnya untuk semua disiplin ilmu
yaitu berupa proses kegiatan induksi-deduksi-verivikasi seperti telah diuraikan
diatas.
c. Landasan aksiologi adalah
berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan
manusia. Dengan perkataan lain, apa yang dapat disumbangkan ilmu terhadap
pengembangan ilmu itu serta membagi peningkatan kualitas hidup manusia.
Untuk melakukan kegiatan ilmiah
secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut
memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat.
Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat
imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah
yang baik tak dapat dilakukan.
Sarana ilmiah pada dasarnya
merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus
ditempuhnya. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu
pula. Oleh sebab itulah maka sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir
ilmiah ini seyogyanya kita telah menguasai langkah-langkah dalam kegiatan
langkah tersebut.
Dengan jalan ini maka kita akan
sampai pada hakekat sarana yang sebenarnya sebab sarana merupakan alat yang
membantu dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain, sarana ilmiah
mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara
menyeluruh.
Dalam proses pendidikan, sarana
berpikir ilmiah ini merupakan bidang studi tersendiri. Dalam hal ini kita harus
memperhatikan 2 hal, yaitu :
a. Sarana ilmiah bukan merupakan
kumpulan ilmu, dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan
pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Seperti diketahui, salah
satu diantara ciri-ciri ilmu umpamanya adalah penggunaan induksi dan deduksi
dalam mendapatkan pengetahuan. Sarana berpikir ilmiah tidak mempergunakan cara
ini dalam mendapatkan pengetahuannya. Secara lebih jelas dapat dikatakan bahwa
ilmu mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuaannya yang berbeda
dengan sarana berpikir ilmiah.
b. Tujuan mempelajari sarana berpikir
ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk menelaah ilmu secara baik.
Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan
yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah kita sehari-hari. Dalam
hal ini maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu
untuk mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah.
Jelaslah bahwa mengapa sarana
berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah
dalam mendapatkan pengetahuaannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah
membantu proses metode ilmiah dan bahkan merupakan ilmu tersendiri.
Untuk dapat melakukan kegiatan
berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika,
matematika, dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang
dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dan untuk menyampaikan jalan pikiran
tersebut kepada orang lain.
Dilihat dari pola berpikirnya maka
ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif. Untuk itu maka
penalaran ilmiah menyandarkan diri pada proses logika deduktif dan induktif.
Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif ini sedangkan
statistik mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.
Proses pengujian dalam kegiatan
ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada
hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk menolak atau menerima hipotesis
yang diajukan. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh
penguasaan sarana berpikir ini dengan baik pula.
D.
Gagasan
Brilliance Penulis Buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian
Ilmu dan pengetahuan merupakan dua istilah yang berbeda.
Soetriono dan SRDm Rita Hanafie mengemukakan bahwa ilmu adalah pengetahuan
tetapi tidak semua pengetahuan adalah ilmu. Pengetahuan adalah pembentukan
pemikiran asosiatif yang menghubungan atau menjalin sebuah pikiran dengan
kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang
tanpa pemahaman mengenai kausalitas yang hakiki dan universal. Ilmu adalah
akumulasi pengetahuan yang menjelaskan kausalitas dari suatu objek menurut
metode tertentu yang merupakan suatu kesatuan sistematis
Ada tiga sifat dasar yang melekat pada ilmu: (1) ilmu
menjelajah dunia empirik tanpa batas sejauh dapat ditangkap oleh panca indera
(dan indera yang lain), (2) tingkat kebenarannya relatif dan tidak sampai
kepada tingkat kebenaran yang mutlak, (3) ilmu menemukan proposisi-proposisi
(hubungan sebab akibat) yang teruji secara empirik.
Melalui penelaahan yang terus menerus,
ilmu akan sampai pada hubungan-hubungan yang merupakan hasil akhir dari ilmu.
Hubungan-hubungan yang didukung oleh data empirik disebut fakta. Ilmu merupakan
fakta dan jalinan fakta secara utuh membentuk teori.
Terdapat jalinan yang kuat antara fakta
dengan teori. Fakta mempunyai peran dalam pijakan, formulasi, dan penjelasan
teori. Soetriono dan SRDm Rita Hanafie merinci keterkaitan keduanya sebagai
yang berikut:
a. Fakta memulai teori: teori berpijak pada
satu – dua fakta hasil penemuan, kadang-kadang tidak disengaja.
b. Fakta menolak
dan mereformasi teori yang telah ada: bila ada fakta yang belum terlejaskan
oleh teori, kita dapat menolak atau pun mereformasi teori itu sedemikian rupa
sehingga dapat terjelaskan fakta tersebut.
c. Facts redefine
and clarify theory: fakta dapat mendefinisikan atau memperjelas kembali
definisi-definisi yang ada dalam teori.
Soetriono dan SRDm Rita Hanafie (halaman 143) mengemukakan peran teori dalam pengembangan ilmu.
Ada lima peran yang mereka kemukakan, yaitu
a. Teori sebagai
orientasi: ilmuwan dapat mempersempit cakupan yang akan ditelaah.
b. Teori sebagai
konseptual dan klasifikasi: dapat memberikan petunjuk tentang kejelasan
hubungan antara konsep-konsep dan fenomena atas dasar klasifikasi tertentu.
c. Teori sebagai
generalisasi: memberikan rangkuman terhadap generalisasi empirik dan antar
hubungan dari berbagai proposisi.
d. Teori sebagai
peramal fakta: membuat prediksi tentang adanya fakta dengan cara membuat
ekstrapolasi dari yang sudah diketahui kepada yang belum diketahui.
e. Theory points
to gap in our knowledge: menunjukkan adanya kesenjangan dalam pengetahuan kita.
Ahli teori tidak dapat secara lengkap menyusun teori yang telah menjadi
pengetahuan. Tebuka kesempatan untuk menutupi kesenjangan melalui melengkapi,
menjelaskan, dan mempertajam.
E.
Analisa
Keunggulan dan Kekurangan Buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian
·
Keunggulan
Keunggulan buku “Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian” yaitu dapat dijadikan
sebagai referensi salah satu upaya mencari ilmu pengetahuan yang benar. Buku
ini disajikan secara sederhana. Kajian utama buku ini adalah memberikan bekal
dalam perancangan riset yang didasari oleh fundamental filsafat ilmu yang masih
diakui kebenarannya sampai sekarang. Berakar pada filsafat ilmu dan metodologi
penelitian guna mencari ilmu pengetahuan yang benar, buku ini membahas
paradigma filsafat, berpikir filsafat, self, metodologi, pengetahuan dan moral,
dasar penelitian, metode ilmiah, dan pengukuran skala.
·
Kekurangan
Buku ini tidak menunjukkan kekurangan
yang sangat mencolok, karena pembahasan dalam buku ini sudahlah tepat sasaran,
yaitu membahas kajian lingkup filsafat ilmu dan metode-metode yang dikemukakan
dalam melakukan penelitian ataupun riset. Hanya saja bahasa yang digunakan agak
sulit untuk dicerna, biasanya dapat langsung dipahami oleh kalangan pelajar
mahasiswa dan kalangan tingkat di atasnya, karena memang pada dasarnya sasaran
buku ini adalah untuk orang ingin melakukan sebuah penelitian.
F.
Penutup
Buku
“Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian” ini sangat sempurna bagi kalangan
pelajar mahasiswa dan kalangan di atasnya. Dapat dijadikan sebagai referensi
karena didalamnya memuat materi-materi yang lengkap mengenai pemikiran mendalam
tentang ilmu dan metodologi penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar