Terimakasih Untuk yang Terdekat
Hidup ini merupakan sebuah pilihan, termasuk memilih teman dekat yang baik. Sejatinya teman dekat yang baik adalah
mereka yang selalu mengingatkan diri pada Sang Pencipta, yaitu Allah. Jika berada di lingkungan baru dan sulit
untuk beradaptasi, maka bersabarlah. Semua
orang boleh berteman, tapi yang menjadi teman baik hanya mereka yang berani
mengingatkan diri pada Allah, betapapun diri sedang lalai, teman dekatlah yang
tak segan untuk menegur tanpa rasa "ga enakan", karena memang sudah
terbiasa dekat.
Apabila kita tidak selektif memilih teman dekat, saat
diri sedang berada dalam fase labil atau "galau", maka masukan apapun
akan berpengaruh meskipun hal tersebut merupakan hal yang buruk. Mengapa
demikian? Karena untuk membuat seseorang
menuruti "perintah" orang lain, atau semacam mendoktrin, cukup dengan
dua cara, yaitu:
1. Membuatnya bahagia
sebahagia mungkin
2. Membuatnya sedih sesedih
mungkin
Masa labil termasuk kategori yang ke dua, yaitu masa
"sedih", pada masa inilah ucapan atau doktrin apapun akan berpengaruh.
Sedangkan siapa lagi yang akan memberi masukan entah sekedar menghibur atau ingin
memberikan solusi selain orang yang terdekat, atau teman dekat? Ya, teman dekat
sangat berpengaruh pada bentukan karakter seseorang. Oleh katena itu, lebih
baik selektif dari awal untuk memilih hanya yang terbaik yang mengingatkan diri
pada Allah yang boleh dekat.
Mengingat untuk mendoktrin seseorang cukup dengan dua
hal yang di atas, itulah jawaban mengapa saat kegiatan "pelantikan"
menjadi anggota suatu organisasi biasanya sengaja di setting dalam keadaan yang tidak biasa, entah dalam keadaan yang
membahagiakan atau membuat sedih. Mengapa settingan itu dilakukan? Agar para
anggota baru memiliki visi dan misi yang sama dengan organisasi tersebut
sehingga perlu di doktrin terlebih dahulu. Namun biasanya, yang dilakukan ialah dengan cara
membuat "sedih" para calon anggota seperti dilakukannya push-up,
dibentak-bentak, dan banyak lagi yang serupa dengan hal itu. Setelah membuat
calon anggota kelelahan dan sedih, biasanya barulah yang senior memasukkan
doktrin-doktrin yang sesuai dengan visi-misi organisasi tersebut. Hal ini biasa
dilakukan hanya pada beberapa organisasi saja, dan tidak menutup kemungkinan
organisasi lain banyak yang menyampaikan visi-misi dengan cara yang lebih
elegan.
Loh kok sekarang pembahasan mulai tidak fokus? Dari
teman dekat mengapa hingga berbicara tentang organisasi? Mengapa organisasi
ikut di bahas?
Ya, organisasi
merupakan sebuah wadah untuk mendapatkan teman yang lebih luas lagi,
tentunya dengan visi dan misi yang sama. Meskipun sejatinya pemikiran manusia
sangat beragam, namun apabila bisa dipertemukan dalam satu visi dan misi, maka
siapa yang tidak senang denga hal tersebut? Sama halnya ketika seseorang
menyukai club sepak bola tertentu yang bertemu dengan sesama pencinta club
tersebut, tentunya sangat menyenangkan dan tidak segan lagi untuk bertukar cerita. Dari sinilah, dari organisasi dapat
mempertemukan teman menjadi teman dekat, sehingga jika berniat untuk bergabung
dalam sebuah organisasi, bergabunglah dengan mereka yang selalu mengingatkan kepada Allah. Meski suatu organisasi itu tidak
mengutamakan pada agama tertentu, namun jika di dalamnya banyak orang yang
baik, mereka akan selalu menghormati dan menghargai serta selalu menegur jika
diri lalai terhadap kebaikan.
Mungkin pengalaman saya dalam berorganisasi sangatlah
sedikit daripada orang lain. Namun setidaknya pengalaman yang sedikit ini dapat
menjadi bekal dalam melangkah. Sempat saya mengikuti "beberapa"
organisasi, namun kemudian saya keluar dari organisasi tersebut. Sebenarnya
bukan karena tidak bisa membagi waktu, bukan juga karena mengikuti
"beberapa" organisasi. Namun inti permasalahannya ialah karena
berbeda visi dan misi. Visi dan misi tersebut dapat tercerminkan pada sikap dan
ucapan secara global para senior yang sudah lebih lama bergabung di dalam
organisasi tersebut. Mengacu pada kata "beberapa" organisasi, bukan
berarti dalam satu waktu saya mengikuti banyak organisasi, namun kata
"beberapa" yang saya maksud ialah, mengikuti suatu organisasi setelah
beberapa lama kemudian tidak pernah temukan visi dan misi yang sama, lalu
keluar dan mengikuti organisasi yang lain dengan harapan menemukan yang sama
dalam visi dan misi.
Memutuskan untuk masuk dan keluar dalam sebuah
organisasi bukanlah hal yang mudah. Hal ini dikarenakan mungkin akan
berpengaruh pada rating kualitas kredibilitas diri di mata para aktivis. Namun
ketika tidak adanya kesamaan visi dan misi, mengapa harus dipertahankan dan dilanjutkan? Apalah artinya juga melakukan
suatu hal yang tidak didasari dengan kesesuaian hati dan pikiran? Dari sinilah
kita harus sudah memiliki fondasi dasar "setia pada kebenaran". Salah
satu cerminan setia pada kebenaran ialah "selalu mengingat Allah".
Apalah artinya tergabung dalam suatu organisasi, saat adanya rapat, rapat tersebut
tidak kunjung juga menemukan titik temu hingga waktu beribadah datang. Tidak
ada kata break terlebih dahulu, dan yang mengingatkan justru ditegur
"tanggung" katanya, padahal jam menunjukkan sudah penghujung waktu batas akhir dalam beribadah.
Jadi, tinggal pilih saja, perintah ketua rapat atau perintah
"Pencipta" ketua rapat?
Apalah artinya juga
jika berlatih pada suatu event, kemudian tiba waktunya
beribadah lalu izin untuk menunaikannya justru di tegur
"tanggung" padahal sudah waktu batas akhir melakukan ibadah tersebut,
namun ketika izin untuk pergi ke toilet langsung dipersilahkan. Jadi, mana yang
lebih penting, aturan pelatih atau aturan "Pencipta" pelatih? Pergi
ke toilet penting, beribadah juga lebih penting. Untuk apa terus bertahan dalam
ketidak nyamanan dan tidak adanya keleluasaan dalam beribadah, sedangkan hidup
ini adalah pilihan, seolah harus memilih lepaskan organisasimu atau lepaskan
kepercayaanmu dalam beribadah (sama saja untuk melepaskan agamamu).
Mungkin banyak juga yang mengalami hal serupa ini. Tapi
banyak juga yang bisa bertahan dan justru membuat sebuah perubahan di dalamnya. Bukan
berarti menyerah di lingkungan tersebut, namun saya sangat memahami tentang
kapasitas diri pada waktu itu, perlu adanya energi yang sangat besar untuk
bergerak, namun energi pada waktu itu kapasitasnya memang belum cukup memadai.
Tak perduli predikat apa yang akan disematkan oleh para aktivis, akhirnya
memilih untuk keluar memang merupakan jalan yang terbaik, karena hidup memang benar-benar
sebuah pilihan.
Setelah berjalannya waktu dengan naik-turunnya
perjalanan, akhirnya temukan juga “tempat” yang benar-benar satu visi dan misi
dengan diri. Banyak sekali cerita hikmah yang entah dapat diceritakan mulai
dari mana, karena memang begitu banyaknya. Di tempat ini pula sedikit-demi
sedikit merubah paradigma diri dalam memandang kehidupan. Di tengah hiruk-pikuk
perjalanan yang berkelok, di tempat ini selalu mengajarkan untuk tetap berjalan
“lurus” agar tetap setia kepada kebenaran. Rasanya seperti sedang dituntun oleh
Allah melalui mereka yang berada di tempat ini dan semoga mereka selalu
diberkahi oleh Allah dengan segala kebaikan yang mereka sampaikan.
Bersyukur sekali rasanya ketika diri ini menyadari telah
temukan tempat yang di dalamnya banyak teman dekat dan tentunya satu visi dan
misi. Diberikannya kesempatan untuk memilik teman dekat seperti mereka rasanya seperti
mendapatkan hadiah yang berlipat-lipat dari Sang Pencipta. Namun memang hidup
ini harus terus berjalan dan melanjutkan kehidupan baru ke jenjang yang lebih
tinggi lagi. Sulit sekali untuk meninggalkan tempat ini, namun untuk berhenti
melangkah dengan segala kenyamanan pun bukan langkah yang terbaik. Suka atau
tidak suka, diri ini harus berkembang dan pastinya akan menghadapi tantangan
yang lebih besar lagi. Tahun ini seharusnya semakin melangkah menuju tantangan
yang lebih besar lagi. Harapan tentunya akan selalu terpancar, bahwa semoga
dalam episode kehidupan baru akan temui lagi kenyamanan seperti ini,
memperbanyak teman dekat dan yang sudah dekat pastinya akan selalu menjadi
tempat berlabuh untuk meluruskan kembali jalan ketika langkah mulai menggoyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar