Pemilik
Impian Setengah Hati
Setiap orang pasti
memiliki impian dalam hidupnya. Namun adakah yang takut untuk memiliki impian?
Mungkin saja, pasti alasan yang utama ialah takut jatuh terlalu dalam. “Saya
ga mau punya impian yang tinggi-tinggi, soalnya takut jatuh, jatuh dari tempat
yang tinggi khan sakit banget daripada jatuh dari tempat yang ga terlalu
tinggi. Ibaratnya, jatuh dari gedung berlantai tujuh lebih sakit daripada jatuh
dari lantai satu. Ya kalau dari lantai satu jatuh, setidaknya ga sakit-sakit
amat, ga sesakit dari lantai yang lebih dari itu”. Ada yang memiliki
pemikiran seperti ini? Meskipun bahasa yang digunakan ialah “ga mau punya impian yang tinggi-tinggi”, namun
intinya sama memiliki impian juga, bukan? Hanya saja yang satu ini impian yang
dimilikinya masih setengah-setengah.
Bagi yang masih
memiliki impian yang setengah-setengah, apakah yakin tetap ingin memiliki
impian tersebut dengan proporsi setengah saja? Bagaimana jika pada akhirnya
impian tersebet memang benar dapat terkabulkan, lantas bagi yang memiliki
impian setengah-setengah, impian yang terkabulkannyapun setengah juga, apakah
masih ingin meneguhkan hati untuk memiliki impian setengah-setengah? Analoginya
seperti ini, seseorang ingin sekali memiliki motor untuk mempermudah perjalanan
pergi ke tempat bekerja agar dapat melewati jalan yang lebih dekat daripada
rute kendaraan umum. Namun dalam dirinya ada keraguan untuk benar-benar
memiliki motor, karena ia berpikir bahwa entah dari manakah ia dapat memperoleh
uang untuk membeli motor. Ia menahan diri dan tidak terlalu berharap banyak
untuk memiliki motor, sehingga ia tidak memiliki keinginan sedikitpun meminta
bantuan kepada temannya untuk mulai belajar mengendarai motor. Ia takut ketika
nanti sudah mahir mengendarai motor, sedangkan motor yang diimpikannya belum
juga dimiliki, ia akan merasa lebih kecewa lagi.
Suatu hari pemilik impian setengah-setengah itu
mendapatkan undian hadiah sebuah motor. Akhirnya impian yang dimilikinya
menjadi sebuah kenyataan. Namun karena di awal ia memiliki impian yang hanya
setengah-setengah, tidak ada niatan sedikitpun untuk mulai belajar tentang cara
mengendarai motor, maka ia tidak bisa langsung mengendarai motor ketika impiannya
sudah terkabulkan, yaitu memiliki motor. Apabila saat ini ia mulai belajar
tentang cara mengendarai motor, sedangkan tuntutan pekerjaannya semakin lama
semakin besar dan menyita banyak waktu, ia tidak dapat segera langsung belajar.
Memliki waktu untuk beristirahatpun hanya sedikit, apalagi waktu untuk
belajarar mengendarai motor, tentu sangat sulit mencari waktu yang benar-benar
luang unttuk belajar berkendara. Lantas motor yang telah ia miliki diapakan?
Akhirnya si pemilik impian setengah-setengah ini memilih untuk menyimpan saja
motor yang dimilikinya sampai waktu libur panjang datang sehingga dapat
berlatih berkendara nanti. Karena si pemiliki impian setengah-setengah ini
selain tidak bisa mengendarai motor, juga tidak tahu tentang cara merawat
motor, maka lambat laun motor yang dimilikinya kondisinya tidak lagi seperti
motor yang baru. Ketika ia meminta diajarkan cara berkendara, motor tersebut
tiba-tiba saja mogok. Berdasarkan cerita tersebut, dapat tergambarkan bahwa
impian yang setengah-setengah ternyata saat dikabulkan, ya sesuai dengan harapan yang setengah itu pula.
Motor sudah dimiliki,
namun motor tersebut tidak bisa langsung digunakan karena pemiliknya tidak bisa
mengendarainya. Apabila si pemilik impian setengah-setengah itu memang sepenuh
hati memiliki impian, tentunya sejak awal ia akan berlatih tentang cara
mengendarai motor, setelah itu ia dapat langsung menggunakan motor tersebut
ketika mendapatkan undian motor. Jadi, sebenarnya siapakah yang membuat impian
terkabulkan setengah-setengah? Tentu saja si pemilik impian setengah-setengah
itu sendiri, bukan? Jika miliki impian sepenuh hati, maka usaha yang dilakukan
pun akan sepenuh hati. Usaha yang dilakukan setengah-setengah saja membuahkan
hasil, apalagi usaha yang benara-benar dilakukan sepenuh hati tentu akan
membuahkan hasil yang lebih maksimal daripada yang setengah-setengah. Dari sini,
apakah sudah tercerahkan apabila masih meneguhkan diri untuk memiliki impian
yang setengah-setengah? Semoga tercerahkan ya...
Indramayu, 10
Juni 2015
Vivi Sophie
Elfada
#NulisRandom2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar