Rabu, 10 Juni 2015

Pemilik Impian Setengah Hati



Pemilik Impian Setengah Hati

Setiap orang pasti memiliki impian dalam hidupnya. Namun adakah yang takut untuk memiliki impian? Mungkin saja, pasti alasan yang utama ialah takut jatuh terlalu dalam. “Saya ga mau punya impian yang tinggi-tinggi, soalnya takut jatuh, jatuh dari tempat yang tinggi khan sakit banget daripada jatuh dari tempat yang ga terlalu tinggi. Ibaratnya, jatuh dari gedung berlantai tujuh lebih sakit daripada jatuh dari lantai satu. Ya kalau dari lantai satu jatuh, setidaknya ga sakit-sakit amat, ga sesakit dari lantai yang lebih dari itu”. Ada yang memiliki pemikiran seperti ini? Meskipun bahasa yang digunakan ialah “ga mau punya impian yang tinggi-tinggi”, namun intinya sama memiliki impian juga, bukan? Hanya saja yang satu ini impian yang dimilikinya masih setengah-setengah.

Bagi yang masih memiliki impian yang setengah-setengah, apakah yakin tetap ingin memiliki impian tersebut dengan proporsi setengah saja? Bagaimana jika pada akhirnya impian tersebet memang benar dapat terkabulkan, lantas bagi yang memiliki impian setengah-setengah, impian yang terkabulkannyapun setengah juga, apakah masih ingin meneguhkan hati untuk memiliki impian setengah-setengah? Analoginya seperti ini, seseorang ingin sekali memiliki motor untuk mempermudah perjalanan pergi ke tempat bekerja agar dapat melewati jalan yang lebih dekat daripada rute kendaraan umum. Namun dalam dirinya ada keraguan untuk benar-benar memiliki motor, karena ia berpikir bahwa entah dari manakah ia dapat memperoleh uang untuk membeli motor. Ia menahan diri dan tidak terlalu berharap banyak untuk memiliki motor, sehingga ia tidak memiliki keinginan sedikitpun meminta bantuan kepada temannya untuk mulai belajar mengendarai motor. Ia takut ketika nanti sudah mahir mengendarai motor, sedangkan motor yang diimpikannya belum juga dimiliki, ia akan merasa lebih kecewa lagi.

Suatu hari pemilik impian setengah-setengah itu mendapatkan undian hadiah sebuah motor. Akhirnya impian yang dimilikinya menjadi sebuah kenyataan. Namun karena di awal ia memiliki impian yang hanya setengah-setengah, tidak ada niatan sedikitpun untuk mulai belajar tentang cara mengendarai motor, maka ia tidak bisa langsung mengendarai motor ketika impiannya sudah terkabulkan, yaitu memiliki motor. Apabila saat ini ia mulai belajar tentang cara mengendarai motor, sedangkan tuntutan pekerjaannya semakin lama semakin besar dan menyita banyak waktu, ia tidak dapat segera langsung belajar. Memliki waktu untuk beristirahatpun hanya sedikit, apalagi waktu untuk belajarar mengendarai motor, tentu sangat sulit mencari waktu yang benar-benar luang unttuk belajar berkendara. Lantas motor yang telah ia miliki diapakan? Akhirnya si pemilik impian setengah-setengah ini memilih untuk menyimpan saja motor yang dimilikinya sampai waktu libur panjang datang sehingga dapat berlatih berkendara nanti. Karena si pemiliki impian setengah-setengah ini selain tidak bisa mengendarai motor, juga tidak tahu tentang cara merawat motor, maka lambat laun motor yang dimilikinya kondisinya tidak lagi seperti motor yang baru. Ketika ia meminta diajarkan cara berkendara, motor tersebut tiba-tiba saja mogok. Berdasarkan cerita tersebut, dapat tergambarkan bahwa impian yang setengah-setengah ternyata saat dikabulkan, ya sesuai dengan harapan yang setengah itu pula.

Motor sudah dimiliki, namun motor tersebut tidak bisa langsung digunakan karena pemiliknya tidak bisa mengendarainya. Apabila si pemilik impian setengah-setengah itu memang sepenuh hati memiliki impian, tentunya sejak awal ia akan berlatih tentang cara mengendarai motor, setelah itu ia dapat langsung menggunakan motor tersebut ketika mendapatkan undian motor. Jadi, sebenarnya siapakah yang membuat impian terkabulkan setengah-setengah? Tentu saja si pemilik impian setengah-setengah itu sendiri, bukan? Jika miliki impian sepenuh hati, maka usaha yang dilakukan pun akan sepenuh hati. Usaha yang dilakukan setengah-setengah saja membuahkan hasil, apalagi usaha yang benara-benar dilakukan sepenuh hati tentu akan membuahkan hasil yang lebih maksimal daripada yang setengah-setengah. Dari sini, apakah sudah tercerahkan apabila masih meneguhkan diri untuk memiliki impian yang setengah-setengah? Semoga tercerahkan ya...
Indramayu, 10 Juni 2015
Vivi Sophie Elfada
‪#‎NulisRandom2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar