Minggu, 07 Juni 2015

Si Pengkoneksi Media yang Netral



Si Pengkoneksi Media yang Netral

Internet merupakan pengkoneksi media online yang tentunya tidak asing lagi dan sudah dikenal oleh masyarakat umum. Kehidupan yang terus berkembang semakin modern membuat keberadaan internet semakin dibutuhkan oleh banyak orang. Contohnya yaitu seperti mendaftar melanjutkan jenjang pendidikan universitas harus melalui jejaring koneksi internet, melamar pekerjaan sebagian perusahaan mengharuskan mengirimkan data lamaran melalui koneksi internet juga dan masih banyak lagi alasan yang membuat keberadaan internet dibutuhkan.
Apabila melihat sisi alasan pentingnya internet, tentu saja akan banyak sekali jawaban yang menunjukan kebermanfaatan dari internet. Namun di tengah banyaknya manfaat internet, beberapa orang justru memandang internet merupakan suatu media yang negatif. Memang benar juga, internet memiliki sisi negatif juga. Namun perlu diingat bahwa sifat dasar internet ialah bersifat netral. Mengapa bersifat netral? Ya, tentu saja netral, jika alat elektronik yang dimiliki seseorang telah terkoneksi dengan internet, maka akan banyak sekali media yang berisi konten positif dan negatif di dalamnya, kemungkinan proporsi antara keduanya hampir seimbang, maka dikatakan netral. Yang menjadikan internet dianggap bernilai positif atau negatif ialah karena penggunanya.
Pengguna internet merupakan faktor utama menjadikan internet bernilai positif ataupun negatif. Apabila pengguna internet sering mengoperasikan media dengan konten yang negatif, tentu saja internet akan bernilai negatif. Namun apabila sebaliknya, seseorang menggunakan media dengan konten yang positif, maka internetpun bernilai positif. Analoginya seperti ini, apabila seseorang melamar suatu pekerjaan yang mengharuskan mengirimkan surat permohonan lamaran pekerjaan dan CV melalui email, maka harus terkoneksi internet terlebih dahulu. Apakah orang tersebut memandang internet bernilai negatif? Tentu saja tidak, justru internet sangat dibutuhkan orang tersebut sebagai pengkoneksi diri terhadap suatu perusahaan tempat ia ingin bekerja melalui internet. Jadi sampai di sini, apakah masih memandang sifat internet itu negatif? Semoga tercerahkan ya, bahwa sifat dasar internet ialah netral.
Lantas, bagaimanakah membuat internet selalu bernilai positif? Ya, tentu saja banyak sekali cara menjadikan internet bernilai positif. Internet yang benilai positif ataupun negatif, bergantung pada penggunanya. Oleh karena itu, kepada para pengguna, seharusnya telah memliki proteksi diri yang kuat sebelum menggunakan internet. Seperti anak-anak yang tadinya tidak mengenal internet, dengan kebutuhan kehidupan yang semakin modern pasti membutuhkan internet juga, entah mencari bahan ajar untuk mengerjakan tugas dari guru, ataupun mengirimkan tugas kepada guru melalui email. Bagi anak-anak yang belum mengenal internet, langkah pertama yang perlu dilakukan ialah menanamkan nilai-nilai agama kepada anak.
Nilai-nilai agama yang diajarkan kepada anak akan membuat anak tersebut dapat lebih bijak lagi dalam melangkah karena adanya pertimbangan “jika saya melakukan hal ini, maka saya akan mendapatkan pahala atau dosa ya?”. Penanaman nilai-nilai agama ini dapat menjadi pondasi dasar anak untuk memproteksi diri dalam berbagai hal, tidak hanya untuk tujuan penggunaan internet. Apabila pondasi dasar nilai-nilai agama telah melekat pada anak, maka anak  tersebut selalu akan mengingat bahwa Sang Pencipta akan selalu mengawasinya, andai kata ada CCTV yang dipantau orang tua saja anak takut melakukan hal-hal negatif, apalagi CCTV pantauan Sang Pencipta, bukan?
Setelah memberikan pandanan nilai-nilai agama, sebelum diberikan fasilitas internet, anak harus diberikan pengetahuan manfaat dan kerugian dari penggunaan internet. Kemudian diberikan juga perjanjian terhadap anak, perlu di ingat bahwa perjanjian tersebut bukan dalam bentuk larangan. Perjanjian yang dimaksud ialah, orang tua memiliki beberapa aturan yang harus ditaati oleh anak, dan anak akan mematuhinya, namun apabila melanggar akan diberikan sanksi tertentu sesuai kesepakatan orang tua dan anak. Hal ini bukan merupakan suatu bentuk pelarangan sehingga akan membuat anak menjadi takut melangkah atau terkekang, namun bentuk perjanjian seperti ini merupakan cara untuk mengajarkan kepada anak tentang berkomitmen, “selalu setia pada kebenaran”. Perjanjian ini akan melatih anak untuk menjadi seorang yang selalu menepati janji. Bukan hanya itu, perjanjian seperti ini juga melatih anak untuk menggunakan logikanya dalam menyelesaikan segala persoalan, tidak dengan emosi, sehingga anak akan menjadi pribadi yang bijak. Masih banyak lagi cara untuk menjadikan internet bernilai positif, bagaimana dengan caramu?    

Cirebon, 7 Juni 2015
Vivi Sophie Elfada
‪#‎NulisRandom2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar