Sebuah Sudut Pandang:
Karya dan Kaitannya dengan Kebutuhan Manusia
Guru
Tak perlu melihat siapa ia kini dan nanti.
Ilmu seorang guru,
nilai-nilai ajaran luhurnya
akan selalu terpatri dalam hati muridnya,
yang pernah berguru padanya.
(Vivi Sophie Elfada)
Sebuah karya yang dihasilkan oleh insan,
entah dihargai setinggi-tingginya ataupun tak terlalu dihiraukan oleh penikmat
karya, point yang penting ialah MASIH dapat berkarya. Berhentinya seseorang
dari sebuah karya yang pernah membuat namanya muncul dipermukaan khalayak umum
adalah sebuah kemunduran besar. Seseorang yang dapat mempersembahkan karyanya
untuk publik, berarti ia telah berada dalam tahapan aktualisasi diri yang
merupakan tingkatan kebutuhan manusia tertinggi pada Piramida Maslow. Dengan kata
lain, ketika seseorang tidak lagi mampu menghasilkan karya pada publik, berarti
ia sedang memenuhi kebutuhan manusia yang berada pada tingkatan lebih rendah
dari itu, bisa jadi bahkan sedang berapa pada kebutuhan dasar manusia.
Tulisan ini terinspirasi dari Bapak Prof.
Dr. Maksum, M.A yang pernah memperkenalkan piramida Maslow pertama kali pada
saya ketika semasa berkuliah. Piramida Maslow memperlihatkan terdapat lima
tingkat kebutuhan manusia, urutan tersebut mulai dari tingkatan dasar atau
terendah hingga tertinggi ialah: 1) physiological, 2) safety, 3)
Love/Belonging, 4) Esteem, 5) Self-actualization. Apabila manusia belum
dapat memenuhi kebutuhan dasar atau terendahnya, yaitu physiological atau kebutuhan fisik, maka otomatis ia tidak akan
mampu memenuhi tingkat kebutuhan yang ada di atasnya. Sebagai contoh ialah
bagaimana bisa seseorang dapat menerbitkan sebuah karya berupa buku best seller yang merupakan sebuah
aktualisasi diri jika kebutuhan dasar fisik dari kehidupannya saja tidak
terpenuhi? Apakah tanpa makan, tanpa minum, tanpa pakaian, tanpa rumah,
seseorang dapat menjadi penulis buku best
seller? Tentu saja jawabannya TIDAK.
Maka bagi yang pernah berkarya namun
berhenti di tengah jalan, bisa jadi kehidupan yang dialaminya tersebut sedang
berubah. Ia mengalami kemunduran, yaitu berkutat dengan kebutuhan kehidupan
manusia yang ada di bawah kebutuhan aktualisasi diri. Apalagi bagi yang sama
sekali belum pernah berkarya, bisa jadi perspektif cara pandang pemikirannya
hanya berkutat pada pemenuhan kebutuhan kehidupan tingkat dasar saja. Point penting
di sini ialah bukan mengenai pengklasifikasian pencapaian seseorang tergolong
ke dalam tingkat kebutuhan yang ada di dalam piramida Maslow, namun tentang
bagaimana menumbuhkan dan membangkitkan kembali gairah untuk mengaktualisasikan
diri. Apakah sebagai manusia hanya cukup pada pemenuhan kebutuhan dasar fisik
saja? Lantas apa bedanya manusia yang katanya istimewa karena akal dan pikirannya,
dengan makhluk Allah yang lainnya? Menumbuhkan semangat untuk
mengaktualisasikan diri sangatlah mudah. Membangkitkan kembali semangat
tersebut agak mudah. Menjaga semangat untuk mengaktualisasikan diri itulah yang
perlu dijaga. Mari saling menumbuhkan dan membangkitkan semangat agar dapat
menjaga setiap motivasi diri untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri.
Karya
Sesekali mencoba berkarya,
seperti menabung,
sedikit – demi sedikit
lama – lama menjadi bukit.
Meski satu buah karya yang dihasilkan,
namu secara rutin dipublikasikan,
lama – lama menjadi gudangnya karya.
(Vivi Sophie Elfada)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar