Rabu, 24 April 2019

Berharap Hanya Kepada Allah

Sayang banget rasanya kalau obrolan yang berbobot itu dibiarkan dan berlalu begitu saja. Kalau diperkuliahan, obrolannya itu sama dosen dikelas dan bobotnya (isinya) itu materi yang diampu, udah pasti dicatetnya. Kalau kehidupan nyata sehari-hari? Nah ini, sayang banget kalau ga sampe ada bekasnya (tulisannya). Karena itu, media blog bisa jadi alternatifku buat nulis-menulis materi kehidupan sehari-hari yang udah di dapet. Tapi maklumin aja ya, kali ini bahasanya ga mikirin EYD sama sekali, berhubung lama nulis dan mood nya lagi pake bahasa semi gaul gitu. Hehe..

Aku paling-paling-paling-paling ga suka banget-banget-banget (kebanyakan paling dan bangetnya.haha) sama orang yang banyak ngomentarin sisi kehidupanku apalagi ditambah ngebanding-bandingin kehidupanku dengan orang lain yang intinya mom shaming gitu deh, alias mempermalukan cara aku menjalani kehidupan. Seumur-umur baru ketemu spesies orang yang begini ke aku itu 2x ketemunya (2 itu masing-masing orang yang berbeda). Fatalnya, aku orangnya gampang banget buat kepikiran kalau ada masalah. Ya jadilah aku kepikiran terus. Lebih fatalnya lagi, yang satu hanya ketemu sekilas ya abis itu kelar pas udah ga ketemu spesies itu, lah tapi yang satunya lagi nemplok di orang terdekat yang sewaktu-waktu bisa kapan aja ketemunya, nah loh apa ga stress nih pikiran?

Singkat cerita, gegara terus-terusan dihujat, dijahilin omongan, diomongin puedes banget pokoknya semua yang aku jalanin dikehidupan ini salah terus dinilainya, intinya mom shaming gitu lah, akhirnya hati tuh lama-lama jadi keruh, dan berakhir dari penyadaran kalau malah jadi dengki. Nah fatalnya pake banget ya dengkinya ini, karena jadi merugikan diri sendiri. Terus karena udah geram banget dan lelah, berasa hati begitu sakit, sudah saatnya diobati, akhirnya berobatlah ke ayahanda tercinta, curhat dong yaaaah. (Berobat maksudnya curcol cas-cis-cus.hehe). Soalnya curhat ke ayahanda itu pastinya dikasih obat-obat yang mujarab. Bener aja, setelah itu hati berasa adem bener dah pokoknya.

Ayahanda bilang, kalau sesuatu yang muncul itu bisa jadi karena ada sesuatu yang lain yang ga muncul. Atau bisa dikatakan juga sesuatu yang muncul itu bisa jadi menutupi sesuatu yang lain. Langsung diterapkan aja ya, ketika berbuat buruk macem muncul dengki, nah si dengki ini bisa jadi muncul karena menutupi kebaikan yang lain, jadi dengkinya mendominasi. Atau bisa dikatakan si dengki muncul karena menutupi kebeningan hati. Berarti, kalau mau sembuh, sekarang coba dibalik, kebaikan dan kebeningan hati itu harus lebih muncul dan menutupi kedengkian yang ada hingga dengki itu sendiri hilang. Contoh lain, ketika berbuat buruk karena bujuk rayu setan, berarti kita melupakan Allah (mengingat Allah tertutupi bujuk rayu setan itu). Maka jika ingin sembuh hatinya ya dibalik,munculkanlah pikiran ingat selalu kepada Allah agar menutupi bujuk rayu setan hingga hilang terbujuknya.

Simpel banget khan obatnya tapi manjur?
Nah, ada tambahan lagi dan inti dari judul cerita di sini, jangan berharap pada selain Allah. Berharaplah hanya kepada Allah.

Kata ayahanda, ketika ada orang yang jahatin kita, biarlah ia begitu, kita tetap jadi orang yang baik aja. Kita tetep ngebaikin orang yang jahatin kita karena kitanya yang emang orang baik, yakni jati diri kitanya yang emang baik, jangan pernah ada rasa berharap setelah kita ngebaikin orang yang jahatin kita maka orang itu bakal ngebaikin kita juga, jangan. Karena kalau orang yang udah ngejahatin kita tetep jahat padahal udah kita baikin, itu akan berasa sakit dan berujung dengki lagi. Oleh karena itu,jangan berharap apapun pada selain Allah. Berharaplah pada Allah saja. Kita berbuat baik karena berharap pada pahala dari Allah, bukan berharap bakal dibaikin balik sama orang yang kita baikin. Karena kalau sekali Allah bertindak menjadikan seseorang seperti batu, maka jadilah ia beku hatinya seperti batu dan ga akan berubah cair sedikitpun. Kalau Allah berkehendak seseorang untuk berubah menjadi lebih baik, maka jadilah ia baik meski ia sendiri tak ingin, karena Allah sedang membimbingnya jadi orang baik. Maka kuncinya yaitu berharap kepada Allah saja.

Kesimpulan dari panjang lebar cerita di atas, yaitu:
Obat dengki terdiri dari:
1. Munculkan pikiran selalu mengingat Allah
2. Munculkan kebaikan diri kita kepada siapapun karena jati diri kita yang memang orang baik, bukan karena ingin dibales baik lagi.
3. Berharap hanya kepada Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar