Minggu, 05 Mei 2019

Tidak Perlu Membanding-Bandingkan Antar Satu Individu dengan Individu Lain, Allah Sudah Menetapkan Masing-Masing Porsinya

Tidak Perlu Membanding-Bandingkan Antar Satu Individu dengan Individu Lain, Allah Sudah Menetapkan Masing-Masing Porsinya

Sudah hampir dua tahun menjalani status sebagai ibu, ternyata ada sisi lain yang begitu menguras perasaan. Bukan tentang hubungan yang kujalani antara aku dan anakku, bukan. Melainkan dari respon sekitar yang sering membanding-bandingkan perkembangan anak dan membandingkan cara pengasuhan orang tua, yang lebih dikenal dengan mom shaming. Bukan masalah terlalu baper, bukan. Ini hanyalah soal ketika seseorang baru mengerti bagaimana rasanya hanya ketika ia berada di posisi yang sama. Hal yang manusiawi ketika ada masanya perasaan ada pada di titik begitu jenuh menerima perkataan-perkataan yang membanding-bandingkan segala hal. Namun memang perkataan orang lain tidak bisa kita atur, maka mulai dari kesadaran diri sendirilah agar tidak melakukan hal yang serupa pada orang lain. Perlakukanlah orang lain seperti kita ingin diperlakukan orang lain, hanya itu ikhtiar yang bisa dilakukan agar menumbuhkan suasana pergaulan yang baik.
_
Namun memang ketika kehidupan kita dibanding-bandingkan dengan kehidupan orang lain yang terlalu sering membuat kita begitu jenuh dan buntu harus berbuat apa lagi agar tidak selalu dibandingkan. Kemudian saat yang seperti inilah ketika kita berpasrah kepada Allah dan biarkan Allah yang menuntun atas segalanya, maka Allah hadir memberi kedamaian membesarkan hati yang terluka. Allah arahkan jari ini untuk menunjuk tombol menonton peserta Hafiz 2019 yang bernama Naja, ia terkena Carebral Palsy atau bisa dikatakan lumpuh otak namun dapat menghafal 30Juz, Maasyaa Allah. Seketika aku bermuhasabah dan membayangkan bagaimana perjuangan ibunya dalam menerima segala keadaan di lingkungan yang pastinya banyak yang membicarakan anaknya namun sang ibu tetap fokus terhadap masa depan anaknya dan menjadikannya seorang penghafal Al-Qur'an.
_
Banyak anak yang lincah, tapi beluma hafal Al-Qur'an. Tapi Naja, menggerakkan badannyapun sulit, namun ia bisa manghafal 30 juz Al-Qur'an, Maasyaa Allah. Maka kesimpulan dari sini ialah bahwa setiap individu sudah Allah tetapkan masing-masing porsinya, yaitu porsi rezekinya, yang bisa berupa kelengkapan tubuh, kepandaian dalam menghafal, dan rezeki-rezeki lainnya yang harus banyak kita syukuri. Maka tidaklah pantas kadar porsi rezeki yang telah Allah berikan itu untuk dibanding-bandingkan. Jika kita berniat membandingkan sebagai penyemangat agar lebih taat beribadah tentu boleh, seperti misalnya Naja bisa menghafal, kita jadi semangat agar bisa menghafal sepertinya. Namun jika membandingkan hanya untuk iseng, usil, basa-basi tanpa arah dan tujuan tentu dilarang dan khawatir menjerumuskan pada kufur nikmat. Maka biarlah hampir dua tahun ini dalam sebuah perasaan menahan sakit hati dari dibanding-bandingkan oleh orang lain biarkanlah berlalu, ini belum seberapa daripada tahun-tahun yang dilalui oleh ibunya Naja. Ada Allah yang menuntun, semoga Allah selalu menuntun&membimbing. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar