Minggu, 05 Mei 2019

Bergaul dengan Sesama untuk Menjalankan Misi Dakwah

Masih tentang menjadi seorang ibu hampir dua tahun ini yang otomatis berubahlah pergaulan dengan lingkungan sekitar, tentunya karena faktor merantau juga, jadi perubahan dunia pergaulan benar-benar terasa 360°. Hampir dua tahun menjadi seorang ibu dan hampir tiga tahun menjadi seorang istri, tentu tidak terlepas begitu saja dari konflik tertentu. Konflik yang begitu terasa adalah tentang mom shaming, yaitu dibanding-bandingkan segala aspek kehidupan, mulai dari pola asuh hingga tumbuh kembang anak. Postingan sebelumnya juga membahas ini lebih detil, tapi kali ini aku hanya mengulas sedikit saja tentang kinflik batin tersebut yang berujung pada inti pembahasan yaitu mengenai misi dakwah.

Tidak akan pernah habis dan tidak akan pernah selesai jika kita meladeni orang-orang yang suka berbuat mom shaming atau suka membanding-bandingkan kehidupan kita. Mengalah dan diam juga tidak akan menyelesaikan masalah, justru sakit hati akan semakin menumpuk dan menjadi dengki. Maka satu-satunya jalan agar selamat ialah dengan menjalankan misi. Kita harus menjadi pribadi yang bervisi dan misi jelas. Visiku ialah untuk membentuk keluarga dan lingkungan yang taat kepada Allah. Maka misi yang harus dijalankan adalah berdakwah. Daripada bersilat lidah menanggapi ucapan buruk atau malah pasrah berdiam diri, sudah saatnya menjawab dengan menyisipkan dakwah di dalamnya.

"Anakmu kok makin kurus aja ya?!"
"Iya, alhamdulillah meski kurus, Allah berikan kesehatan sehingga anakku bisa bisa aktif dan tumbuh kembangnya sesuai umurnya. Maasyaa Allah, begitu nikmatnya karunia Allah."

"Anaknya gerak terus ga bisa diem, apalagi anaknya si fulan lebih lincah lagi, ibunya pasti lebih kualahan lagi dibanding kamu!"
"Maasyaa Allah, semua sudah Allah atur kadar porsi kemampuan setiap hamba-Nya. Alhamdulillah, Allah mampukan aku untuk mengurus anak dengan segala kemampuan yang dimiliki, pastinya begitupun ibunya si fulan. Allah tahu kemampuan setiap hamba-Nya sepaket dengan segala kondisinya. Bahkan untuk hal yang kita tidak ketahui dari kehidupan orang lain, Allah lebih mengetahuinya tentang bagaimana keadaan sebenarnya. Maasyaa Allah, begitu Penyayang dan Maha Adilnya Allah."

Kemudian masih banyak lagi contoh-contoh untuk menyisipkan dakwah di dalamnya. Jika dakwah yang disisipkan, sudah dapat dibayangkan bukan bahwa lawan bicara Insyaa Allah tidak akan berkata macam-macam lagi. Ketika kita terus selipkan rasa kagum kita pada Allah, kita selipkan tentang kebesaran Allah pada ucapan kita, maka tak satupun yang dapat menyerang mengecilkan hati kita. Karen Allah Maha Besar, Allah yang mampu mendamaikan hati setiap manusia. Semoga Allah selalu menuntun kita semua. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar