Minggu, 12 Mei 2019

Hanya Butuh Waktu

Ku kira, begitu aku dan kamu bertemu, kemudian happy ending.
Tapi nyatanya tidak semudah dan sesingkat itu sebuah cerita happy ending.
Ternyata ada dia, dirinya, dia lagi, dan dirinya lagi, belum lagi dengan dia-dia yang lain yang harus ku terima dengan segala pemakluman apapun tanpa merasa untuk dilukai.
Tapi, tetap saja luka itu tetap ada, karena ku tak tahu sebelumnya tentang bagaimana semua dia-dia-dan dia.

Awalnya kusambut semua dia dengan hati gembira pula karena bagian darimu.
Aku mencintai kamu hingga segala yang melekat pada dirimu, kucinta juga.
Namun seiring berjalannya waktu dan lambat laun ku semakin tahu tentang semua dia-dia-dia dan dirinya, justru membuat cintaku menjadi terasa perih.
Aku cinta tapi di dalamnya ada perih yang terselip karena dia.
Perlakuan semua dia tidak mengindahkan keberadaanku yang kini menjadi bagian dari kamu  padahal sejauh ini aku telah ikut mencintai semua dia karena melekat padamu, karena begitu cintanya aku padamu.
Entah sampai kapankah begini menahan rasa perih.
Ataukah ini hanya urusan tentang waktu yang dapat membiasakanku terbiasa beradaptasi denga perih?
Entahlah.

Mungkin ini memang hanyalah tentang waktu saja.
Karena dia yang membawa perih tidak akan bisa melunak melembut, akan tetap seperti itu dan selamanya.
Hanya saja aku yang belum terbiasa dengan rasa perih itu.
Maka, biarlah semua berjalan seperti air mengalir.
Biarlah perih ini datang semaunya hingga diri ini menjadi kebal dan baal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar