Minggu, 19 Mei 2019

Sebuah Takdir dari Allah

Sebuah Takdir dari Allah


_
Ini sebagian aja buku yang harus "dimakan" waktu zaman kuliah, yang lainnya masih banyak. Kalau liat lemari pas mudik itu hampir satu lemari besar segede perpustakaan isinya buku yang harus kumakan. Kebayang ga sih berapa besar biaya buat beli buku-buku itu? Kebayang ga sih perjuangan lika-liku orang tuaku buat ngebiayainku sekolah, les, bimbel dan temen-temennya? Kebayang ga sih usaha, tenaga&waktu yang aku lalui buat ngejalanin jenjang pendidikan sampe S1? Kalau ga bisa ngebayangin, it's oke, it's mean that you didn't learn in the school. Karena itu, aku paling-paling-paling ga suka kalau ada yang komen meremehkan dan berkomentar apapun tentang pendidikan, tentang jadi apa sekarang, pokoknya seputar yang bersinggungan dengan itu. Sampe sekarangpun masih kudu ngadepin hal-hal itu. Lelah dengernya? Banget.
_
Tapi, dibalik itu semua, banyak pelajaran yang didapet: ikhlas dalam penerimaan.

1)Ikhlas dalam penerimaan takdir dari Allah, manusia hanya bisa berusaha mau jadi apa, selepas itu ya takdir Allah yang menentukan, dan takdir dari Allah adalah yang terbaik meski masih ngerasa banyak cita-cita yang belum terlunaskan, tapi Allah yang pilihkan cita-cita yang terbaik buatku.

2)Ikhlas dalam penerimaan segala hal bentuk komentar, ghibah, atau bahkan fitnah karena terlalu sering di salah sangka oleh orang lain karena watak dan ucapan orang tak bisa kita atur atau dirubah. Berharap orang lain untuk berlemah lembut pada kita adalah harapan yang salah, berharap hanya kepada Allah saja. Karena ini ujiannya, bisa ga sih kita tetep jadi orang baik meski ketemu bermacam-macam watak&ucapan orang yang bikin dunia kita jadi kecil, sedih, nyinggung, sampe sakit hati. Kalau bisa tetep jadi orang baik, itu baru ikhlas.

3)Ikhlas menerima jalan hidup takdir dari Allah karena niat belajar&sekolah selama ini untuk menempuh Ridhlo Allah, bukan ridhlo nya manusia. Kalau dengerin terus komentar manusia, jadi apapun bakal salah, mau jadi wanita karir ya salah, jadi ibu rumah tangga ya salah juga, karena manusia tempatnya berkomentar, dan komentarnya suka lupa disertakan pernyataan bahwa semua takdir dari Allah itulah yang terbaik, jadi kejarlah Ridhlo Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar